Akademisi Untirta Sebut Bupati Iti Jayabaya Cocok Pimpin Partai Demokrat Banten

Sankyu

SERANG – Menyikapi perhelatan pemilihan Ketua DPD Demokrat Banten yang akan diselenggarakan 9 hingga 10 November 2017 besok, akademisi FISIP Untirta, Ail Muldi, menyebut Wahidin Halim sebagai figur yang cocok untuk memimpin partai berlogo bintang mercy tersebut.

Tantangan Ketua DPD Partai Demokrat menjelang tahun politik 2019 yakni harus mampu mensinergiskan 8 kabupaten/kota di Banten untuk kerja-kerja pemenangan Parpol secara strategis dan taktis.

Baca Juga : Aeng Berharap Gubernur WH Pimpin Partai Demokrat Banten

Ia melihat sosok ideal Ketua DPD PD Banten adalah Wahidin Halim, meskipun saat ini WH nampak sedang fokus menjalankan mandat rakyat sebagai Gubernur Banten.

“Saya melihat Partai Demokrat di Banten belum memiliki figur yang kuat selain Wahidin Halim. Belakangan, muncul nama Iti Jayabaya yang berniat mencalonkan diri menjadi DPD Partai Demokrat Banten,” kata Ail, Rabu (8/11/2017).

Sekda ramadhan

Menurutnya, kemunculan Iti Octavia Jayabaya menjadi angin segar dalam bursa regenerasi kepemimpinan Partai Demokrat di Provinsi Banten.

“Bila kita lihat, agenda Partai Demokrat di skala Nasional yang memusatkan figuritas partai kepada Agus Harimurti Yudhoyono menegaskan posisi Partai Demokrat sebagai partai modern yang digerakkan oleh kaum muda,” katanya.

“Saya lihat selaras dengan kehadiran Iti Octavia Jayabaya dalam perhelatan pemilihan Ketua DPD Banten,” sambungnya.

Ail melihat, Iti Octavia sebagai figur kader internal Partai Demokrat dari kaum muda yang berhasil menjadi kepala daerah (Bupati Lebak) dan terbilang populer belakangan ini di Provinsi Banten karena viral videonya sebagai Bupati yang responsif dengan perkembangan informasi berbasis media sosial.

Persaingan Partai Politik ke depan dengan digabungkannya pemilihan legislatif dan pemilihan presiden tahun 2019, menuntut kerja-kerja politik yang mensyaratkan stamina dan pengalaman.

“Saya melihat citra positif Partai Demokrat sebagai Partai modern dan adaptif terhadap perubahan melekat kepada figur-figur baru dari kalangan politisi muda dan dari internal Partai Demokrat. Pemimpin parpol dari kader internal menurut saya bersifat ideologis. Fenomena ‘kutu loncat’ menurut saya tidak baik untuk perkembangan kaderisasi kepemimpinan politik dan konsolidasi demokrasi di Indonesia. Bila kita merujuk konsep kepemimpinan di Banten sebagai daerah religius yang diilustrasikan dalam praktik ibadah sholat berjamaah antara imam dan ma’mun. Seorang imam memiliki kualifikasi tertentu, tetapi syarat utamanya adalah dia pernah menjadi seorang ma’mum,” tutupnya. (*/Putra)

Honda