Anak-anak di Lebak Mulai Tinggalkan Permainan Tradisional, Lebih Pilih Main HP

Sankyu

LEBAK – Sekitar tahun 2000 hingga 2010 terakhir, anak-anak terlihat masih lebih banyak mengisi waktu senggangnya dengan beragam permainan tradisional setiap harinya. Sebut saja egrang, gobak sodor, bola kasti, dakon, serta kelereng atau gundu.

Namun, sejumlah permainan itu akhir-akhir ini mulai tidak lagi dilirik oleh anak-anak. Terlebih mereka yang menginjak dewasa. Mereka lebih memilih beralih bermain aplikasi game yang sudah tersedia di handphone (HP) atau alat elektronik lain yang khusus menyediakan berbagai game di dalamnya.

Cara untuk mendapatkan berbagai game itu pun tak harus memakan waktu lama. Mereka cukup menyambungkan HP-nya ke jaringan internet, melalui Google Play atau melalui bluetooth khusus HP yang masih belum android.

Secara teori, setiap perkembangan memang cenderung bergerak pada dua arah yang berlawanan di mata masyarakat, yakni positif dan negatif. Tergantung pola dalam memanfaatkan setiap perkembangan itu.

Hafis Sulaiman (9) tahun, saat ditanya oleh tim Fakta Banten, Minggu (22/10/2017) saat bermain kelereng mengungkapkan, dirinya dan teman-temannya sudah jarang bermain gundu (kaneker-bahasa Lebak) selepas waktu sekolah atau di waktu senggang lain. Padahal Bontot (sapaan akrabnya) memiliki kelereng yang cukup banyak yang dia simpan sekitar satu tahun sebelumnya saat masih asyik-asyiknya main gundu.

“Di rumah saya masih banyak. Ini hanya ambil sedikit,” kata Hafis salah seorang siswa SDN Mekaragung, Desa Mekaragung, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak, Minggu (22/10/2017).

Siswa yang masih duduk di bangku kelas 3 itu tampaknya juga bisa merasakan perbedaan situasi dan kondisi yang dialami akibat perkembangan zaman. Salah satunya keakraban dan kebersamaan dengan teman-temannya di luar jam sekolah mulai terbatasi.

Sekda ramadhan

“Ini tadi pas teman-teman pada kumpul, kami janjian untuk main gundu. Kalau tidak gitu, Hararese (sulit, red-Sunda),” ujarnya.

Hafis menambahkan, mayoritas temannya yang biasa bermain gundu pada beberapa tahun lalu kini diakuinya, sudah tak tertarik lagi. Mereka lebih memilih menghabiskan waktu-waktu senggangnya di rumahnya masing-masing dengan HP yang mereka miliki. Entah HP itu memang dibelikan oleh orang tuanya tanpa mereka minta atau sebaliknya.

“Saya takut dimarahi Ibu kalau minta HP karena masih kecil mas,” ungkap Hafis.

Situasi ini seiring perkembangan teknologi, seakan tidak terbendung lagi. Perubahan pada setiap generasi masyarakat adalah keniscayaan, dan kita harus siap menerima kondisi ini dengan antisipasi yang bijaksana. Termasuk di beberapa daerah di Lebak, bisa dibilang kini tak ada magnet lagi untuk mempertahankan budaya atau permainan tradisional itu.

Sementara itu, Lia, orang tua salah satu peserta sepermainan gundu dengan Hafidz, mengaku sangat senang jika anak-anak bermain permainan tradisional, karena, permainan tradisional untuk saat ini sangat langka ditemukan atau sudah hampir punah.

“Saya lebih setuju anak-anak bermain gundu dibandingkan main HP, sebab, permainan gundu ini tidak makan biaya,” ujar Lia kepada Fakta Banten.

Lia pun berharap, agar permainan tradisional ini bisa tetap dilestarikan agar tidak punah dan tergeser di era modern ini. (*/Sandi)

 

Honda