Begini Tradisi Pengaturan Skor di Sepakbola Indonesia

JAKARTA – Bambang Suryo mantan runner bandar judi di sepak bola Indonesia menyebut praktek pengaturan skor di Indonesia sudah tertata sistematis. Karena praktek yang pernah ada melibatkan, pemain, pelatih, dan manajemen.

“Secara globalnya ada di antara manajemen, pemain, dan pelatih. Deal-dealnya tergantung. Kalau semua full, ya all sama manajemen juga,” kata Bambang, Jumat, 7 Desember 2018.

Bambang mengatakan saat dirinya masih menjadi kepanjangan tangan dari bandar. Ada beberapa bandar asing yang bermain di Liga Indonesia. Teknisnya sebelum pertandingan, bandar wajib bertatap muka dengan tim yang terlibat pengaturan skor.

“Ada bandar dari Malaysia, Singapura, China minta ke saya coba carikan tim. Saya ketemu dengan tim A, Tim A ini manajemennya mau ya mau kita ketemuan dan ketemu semuanya. Bandar tidak mau mengeluarkan uang kalau tidak ketemu semua,” ujar Bambang.

Bambang menyebut jika praktek itu telah terjadi untuk kasta tertinggi dan kasta kedua. Besaran harga pengaturan skor berbeda, untuk kasta tertinggi bisa tembus Rp800 juta. Sedangkan kasta kedua bisa tembus Rp409 juta per pertandingan.

“Kalau zaman saya dulu Rp400 juta ke atas. Paling rendah Rp450 juta, terus Rp500juta, Rp600 juta hingga Rp800 juta. Itu dulu untuk kasta 1. Kalau kasta 2 satu pertandingan Rp400 juta,” tutur Bambang.

Bambang mengaku beberapa pekan yang lalu ia melakukan komunikasi dengan salah satu bandar. Informasi yang ia terima untuk Liga 2 saat ini angkanya turun dibandingkan saat ia masih aktif sebagai runner bandar judi bola.

“Sekitar kemarin saya berbicara dengan orangnya langsung. Kalau sekarang sekitar Rp200 juta minimal Rp150 juta. Itu harga kasta 2 untuk sekarang,” kata Bambang.

Bambang mengatakan orang awang atau pecinta sepak bola atau suporter banyak yang tidak mengetahui indikasi pengaturan skor dalam pertandingan. Namun, bagi pelaku sepak bola yang telah lama aktif di dunia pesepakbolaan tentu hafal dengan indikasi pengaturan skor.

“Memang ciri-cirinya tidak ada, yang jelas orang awam tidak tahu. Kalau orang tahu bola sudah tahu itu. Saya disini berkecimpung disini bukan baru, sudah lama,” ujar Bambang.

Terkait posisi pemain paling rawan menerima suap, menurut Bambang semua lini bisa melakukan atau terlibat dalam match fixing. Bahkan manajemen terkadang memegang salah satu pemain untuk terlibat dalam pengaturan skor.

“Kita lihat manajemen tim. Manajemen tim siapa pegang orangnya (pemain). Bisa pemain senior bisa pemain junior bisa penjaga gawang. Bisa pemain belakang, tengah sampai depan. Bisa terlibat semua,” tutur Bambang. (*/Viva)

Honda