Berhenti dari PT KS, Pria Asal Blora Ini Eksis Jadi Pengrajin Bata di Cilegon

Dprd ied

CILEGON – Batu bata merupakan salah satu komponen utama dalam pembuatan konstruksi bangunan. Material yang digunakan untuk membuat dinding bangunan maupun komponen konstruksi bangunan lainya.

Namun, bagi kita yang dinding rumahnya rata-rata hampir menggunakan batu bata, belum tentu mengetahui siapa yang membuat dan bagaimana proses pembuatannya.

Sardi (68) kakek yang akrab disapa Pakde Sardi ini, adalah salah satu pengrajin batu bata di Kota Cilegon yang sudah menekuni usahanya sejak puluhan tahun silam. Tepatnya pada tahun 1974, ia bersama 9 teman-temannya dari Blora, Jawa Tengah, merantau ke Kota Baja untuk bekerja di PT Krakatau Steel (KS). Setelah diterima bekerja di perusahaan BUMN tersebut, Pakde Sardi yang tidak betah bekerja dengan diatur sistem dan orang akhirnya hanya dua bulan bertahan dan memutuskan mengundurkan diri dan banting stir usaha menjadi pengrajin batu bata.

“Dulu gaji di KS masih Rp 250 ribu mas, nggak betah saya berhenti dan pengen usaha yang mandiri. Masih cetak manual dulu mah, satu-satu bikin batanya,” ujarnya, saat ditemui faktabanten.co.id di kediamannya, Minggu (14/1/2018) siang.

Lebih lanjut Pakde Sardi menceritakan perjalanannya menekuni usaha batu bata yang sudah beberapa kali berpindah tempat. Sejak awal menetap di kawasan Kavling Blok C, pindah ke Ciwedus dan kini sudah menetap dengan membuat rumah permanen di Link. Kedung Baya, Kecamatan Kalitimbang, Kecamatan Cibeber. Dan dari usahanya yang hingga kini sudah berkembang pesat membuat batu bata dengan menggunakan mesin pres yang mampu memproduksi batu bata hingga belasan ribu perharinya.

dprd tangsel

“Sekarang sudah pakai mesin pres mas sehari bisa 15 ribu bata, sekali bakar perseratus ribu bata itu paling setengah bulan sekali. Sejak di Cilegon sudah 3 kali pindah, sekarang udah disini,” terangnya.

Sejak puluhan puluhan tahun menggeluti usahanya ini Pakde Sardi mampu membiayai sekolah 4 anaknya hingga ke perguruan tinggi, Kakek yang sudah bercucu 6 ini tinggal menikmati masa tuanya dengan mengupah anak buah Selain itu, sudah banyak anak buah Pakde Sardi yang sudah mandiri membuat usaha batu bata sendiri.

“Anak ada yang kuliah, ada yang gak mau kuliah maunya usaha bata bata. Ya sekarang saya tinggal nunggu hasil saja dirumah, paling ngatur jadwal anak buah kerja sama ngatur keuangan. Pengennya sih kerja tapi sudah gak kuat angkat yang berat-berat mas,” katanya.

Saat ditanya modal usaha untuk batu batanya Pakde Sardi menjelaskan, tidak sedikit kocek modal yang diperlukan untuk usaha batu bata yang memang omset perbulannya bisa mencapai ratusan juta rupiah ini.

“Modalnya besar mas, gak cukup Rp.60 juta, apalagi kalau mulai dari nol. Biayanya banyak mas, sewa lahan tergantung luas, bikin gubuk pembakaran, harga lempung Rp. 200ribu /damtruk, minyak ampas kelapa sawit harga Rp. 60ribu /kilo, upah pekerja cetak Rp. 35ribu/seribu bata, ongkos pekerja angkut dari jemuran ke pembakaran Rp. 10 ribu/1000 bata, ongkos ngetap pembakaran Rp. 30ribu/1000, kayu permobil truk Rp. 1,35 jt, banyaklah mas. Kalau harga jual dari Rp. 250 ribu- 350 ribu/ seribu bata,” jelasnya.

Selain itu Pakde Sardi berharap adanya keberpihakan dari pihak pemerintah dalam mempermudah usah pengrajin batu bata di Kota Cilegon ini.

“Kendala sih baru-baru ini ada bata ringan itu, agak ngurangin pembeli juga sih. Harapannya pemerintah juga bisa bantu usaha ini seperti UKM lain. Khususnya bagi pemula. Batu bata kan sangat dibutuhkan buat pembangunan ya diperhatikan harusnya,” harapnya. (*/Ilung)

Golkat ied