Virus Corona Pandemik, Mendikbud Diminta Liburkan Sekolah dan Kampus

JAKARTA – Angka kasus COVID-19 di Indonesia terus naik hingga 34 kasus dan satu kasus meninggal dunia di Bali. WHO telah menyatakan status pandemik terkait wabah virus ini.

Anggota Komisi X DPR RI, Irine Yusiana Roba Putri mengimbau masyarakat tidak mendatangi keramaian. Ia juga meminta Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim meliburkan sekolah dan kampus sebagai antisipasi penyebaran virus.

“Mitigasi ini bukan berarti panik. Kita sudah lama melakukan mitigasi bencana gempa bumi misalnya. Hal itu juga bisa kita terapkan di sekolah dan kampus untuk bencana non-alam seperti wabah corona seperti mengganti kelas fisik dengan kelas online atau tugas di rumah,” kata Irine Yusiana Roba Putri, di Jakarta, Kamis (12/3/2020). Yang dikhawatirkan, kata Irine, kasus COVID-19 ini terus meluas dan tak bisa dikontrol oleh pemerintah lewat kebijakan dalam upaya mitigasi.

“Kalau wabah corona ini semakin meluas, Pak Nadiem juga harus mempersiapkan skenario seperti penutupan sementara untuk sekolah dan kampus,” ujarnya. Anggota Fraksi PDI Perjuangan DPR ini mengatakan beberapa sekolah internasional di Jakarta saat ini sudah mengganti pengajaran kelas fisik dengan kelas online seperti halnya beberapa institusi pendidikan di luar negeri.

“Saya meminta Menteri Pendidikan untuk mulai mengomunikasikan skenario mitigasi seperti itu. Saya percaya, sebagai inovator, Pak Nadiem bisa melakukan inovasi pendidikan seperti itu,” ujarnya. Irine juga menambahkan, hal yang tidak kalah penting adalah memikirkan skenario untuk sekolah dan kampus di luar Jawa, seperti di Indonesia Timur yang infrastruktur teknologinya tidak sebaik di Jakarta.

“Jadi tidak harus kelas online real time. Bisa misalnya siswa mengumpulkan tugas kepada guru melalui email atau WhatsApp. Toh selama ini siswa dan guru sudah biasa berinteraksi lewat aplikasi chat. Ini hanya salah satu pilihan saja,” katanya. Menurut Irine, salah satu hal terpenting saat ini adalah mencegah penyebaran virus supaya tidak semakin banyak yang terkena.

“Itulah mengapa banyak negara melakukan lockdown atau karantina, mengurangi acara kumpul banyak orang dan lain-lain. Ini bukan panik, tapi langkah yang masuk akal untuk dilakukan,” kata Irine. (*/IdnTimes)

Honda