Cara Memilih di Pemilu Menurut Islam, Catat Ini Wiridnya

*) Oleh: Ilung (Sang Revolusioner)

FAKTA BANTEN – Kalau kita makan, berarti kita punya kekuasaan terhadap yang kita makan. Yang kita pilih nasi uduk, misalnya. Tentu kita perhitungkan kita beli di suatu warung yang kita mampu mengontrolnya, kalau nanti nasinya ada krikil kita bisa protes. Dan kita juga punya kemampuan mendeteksi nasi ini beracun atau tidak, basi atau tidak. Artinya setiap pilihan, resikonya kesanggupan untuk mengontrol sesuatu yang dipilih.

Dan disinilah mungkin kelemahan kita semua sebagai bangsa Indonesia, menjelang Pemilu 2019 nanti, dimana kita harus memilih pemimpin tanpa sedikitpun kesanggupan untuk mengontrol pemimpin yang kita pilih itu. Bahkan lebih dari itu, bukan hanya tidak sanggup mengontrol. Kita juga tidak mempunyai pengetahuan yang mencukupi mengenai sesuatu yang kita pilih.

Kita tidak tahu, Caleg itu, Capres ini, sebenarnya kualitasnya bagaimana, hidupnya bagaimana, isterinya berapa, nyolongan atau tidak, akhlaknya bagaimana kita tidak tahu sama sekali.

Bahkan terhadap tokoh-tokoh yang terkenal pun rakyat tidak tahu, bapak ini, kang ini, orang tidak tahu sebenarnya. Dan kalaupun mereka tahu, mereka tidak memiliki daya kontrol terhadap yang dipilihnya ini. Tapi mau tidak mau harus memilih, ini saya kira dilema kita bersama se-Indonesia.

Jadi, ini sederhana sebenarnya. Kalau anakmu naik kapal merantau ke luar pulau untuk kuliah atau bekerja di Kalimantan, umpamanya. Selama dia naik kapal ada kemungkinan ada badai, bertengkar dengan orang, dicopet atau dibunuh orang, ada kemungkinan dia diancam bahaya. Lalu, kepada siapakah menyerahkan anakmu yang kamu tidak bisa mengontrol di perjalanan, kepada siapa? Kamu titipkan pak camat, kamu titipkan nahkoda, kamu titipkan siapa, tidak ada jalan lain kecuali titip kepada Allah SWT.

Lalu, kenapa yang kamu pilih di Pemilu nanti yang kamu tidak tahu siapa dia, dan kamu tidak bisa mengontrol kepada dia-kenapa tidak kamu serahkan kepada Allah, kenapa tidak serahkan. Wong anakmu saja kamu serahkan kepada Allah, wong bapak pergi ke kantor aja kamu serahin kepada Allah kok, selingkuh atau tidak biar Allah yang ngurus. Jadi serahkan kepada Allah.

Apabila dalam pemili nanti kamu tidak milih, terus berdo’a untuk kemashlahatan bangsa, Allah bisa saja mengejek; Lah, kamu tidak milih saja sekarang minta bangsamu sejahtera, umpanya.

Dan kalau kita memilih, bingung juga milih yang mana? Apalagi nanti kalau milih juga tidak bisa ngontrol. Ya, kalau gitu serahkan saja sama Allah.

Menjelang pemilu nanti biasanya akan banyak bentuk ajakan kepada kita untuk milih kepada Caleg dan Capres tertentu. Sebagai orang Islam tentu sudah seharusnya kita menyikapinya secara Islami juga, bukan?

Dalam Islam caranya sederhana, malamnya shalat dulu kek, kalau gak sempat ya dalam hati saja. Selama hari pemilu itu bilang sama Allah, sesuai ekspret kemesraan kepada-Nya;

“Ya Allah gimana masa saya gak nyoblos saya kan warga negara jadi saya ingin nyoblos. Tak pilihlah kira-kira yang paling bagus. Cuma kan saya gak bisa ngontrol dia, jadi mohon dong ini saya nyoblos satu ini. Saya serahkan kepada Engkau wahai Allah. Kalau dia ini pemimpin yang baik, panjangkan umurnya, kasih dia kekuatan dan bantulah urusan-urusannya. Tapi ternyata kalau yang saya pilih ini ternyata pengkhianat, penjilat, penindas rakyat, dan sama sekali tidak mempunyai cinta kepada kami yang di bawah, berilah laknat. diberi dia cepet-cepet tindakan Tuhan. Terlalu lama loh kami rakyat Indonesia ini kaya gini terus, bingung gak abis-abis. Terus kepada siapa dong aku mengeluh. Kepada siapa dong rakyat Indonesia mengeluh. Masa mengeluh kepada DPR? Wong justru mereka yang kami keluhkan kepada-Mu, jadi tolong ya Allah,” contoh doa kita.

Bisa juga ditambahin “mantra” Ayat Qur’an. Jadi sebelum masuk kotak, bilang sama Allah dalam hati begitu mau nyoblos: “Wamakaru wamakarullaha wallahu khoirul makiriin.”

Kalau mereka makar terhadap nilai-nilai Allah dan nilai rakyat. Maka Allah juga akan makar kepada mereka. Dan yang paling jagoan untuk makar itu adalah Allah. Kalau mereka khianat terhadap rakyat berarti mereka khianat kepada Allah, maka Allah juga akan makar kepada mereka.

Ingat wiridnya: “Wallahu khoirul makirin,” jejak bumi tiga kali, baru dicoblos. Dan kalau dia khianat, dia sakit, mukanya kudisan! (***)

*) Penulis adalah Jurnalis Fakta Banten Online

Honda