Diskusi Belistra Untirta; ‘Sastra dalam Sejarah dan Perspektif Islam’

Sankyu

SERANG – Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Bengkel Menulis dan Sastra (Belistra) FKIP Untirta bekerjasama dengan Kantor Bahasa Provinsi Banten mengadakan kegiatan diskusi sastra dengan tema “Sastra dalam Sejarah dan Perspektif Islam” di Auditorium Gedung B Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Selasa (6/6/2017) kemarin.

Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka Diskusi Ramadhan yang rutin dilaksanakan setiap tahunnya.
Dalam rilis yang diterima Fakta Banten dijelaskan, hadir sebagai pembicara pemantik diskusi yakni Niduparas Erlang, mahasiswa Pascasarjana Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Indonesia (UI), dan alumnus jurusan Diksatrasia FKIP Untirta Adi Prasatyo.

Nidu dengan gayanya yang santai dan dibumbui oleh berbagai guyonan menghadirkan perspektif Islam terhadap karya sastra sejak zaman jahiliyah hingga zaman Nabi Muhammad. Menurut Nidu Muhammad muda hidup di tengah-tengah perkembangan perpuisian dan kebudayaan jahiliyah yang melimpah. Tetapi karena kenabiannya ia malah menjadi kritikus sastra sekaligus budaya jahiliyah yang mengakar sebagai ciri masyarakat pagan saat itu.

Sekda ramadhan

“Kritik Muhammad terhadap puisi (dan budaya) ini melahirkan pergeseran sastra, dalam orientasi, karakteristik, isi, dan tema puisi Arab, tanpa mengubah bentuknya. Sebagian tema-tema lama tetap dipertahankan tapi semangatnya diubah atau disesuaikan dengan ajaran Islam,” ungkapnya.

Sementara Adi menyoroti sastra Indonesia dari pengaruh sastra Arab yang menghadirkan dua aliran sastra di Indonesia, yaitu sufistik dan profetik.

“Profetik menjadikan realitas sebagai sarana untuk sampai pada pemahaman yang sublim atau pencerahan (sifat-sifat Tuhan) sementara sufistik menjadikan pencerahan yang sublim yang kemudian mempengaruhi realita,” jelasnya, mencoba memetakan dua aliran besar tersebut. (*)

Honda