Gempita Sesalkan Banten Masih Dipasok Jagung dari Luar Daerah

SERANG – Tingginya permintaan produk pertanian jagung untuk bahan baku industri di Banten yang mencapai 10.000 ton, ini sebenarnya merupakan peluang usaha bagi petani lokal.

Namun yang terjadi saat ini, dengan potensi lahan tidur dan produktif yang sangat luas, ironis jika Banten harus “Import” jagung dari luar daerah.

Diketahui, Provinsi Gorontalo menjadi daerah pemasok jagung untuk kebutuhan PT Cheil Jedang Feed Indonesia, perusahaan pakan ternak di Serang. Kapal pengiriman jagung tersebut telah berangkat Jumat (21/4/2017) kemarin yang secara khusus dilepas oleh Menteri Pertanian Amran Sulaiman.

Koorwil Gempita Banten, Nasrullah (kanan), bersama Koorda Gempita Pandeglang Haryanto, saat melakukan survey kelompok tani baru bentukan Gempita untuk menyambut program swasembada jagung / Dok

Kondisi tersebut menjadi perhatian serius dari para aktivis Gerakan Pemuda Tani (Gempita) Provinsi Banten. Gempita berkomitmen untuk mendorong terealisasinya Banten sebagai lumbung jagung nasional.

Koordinator Wilayah Gempita Banten, Nasrullah menyayangkan masih bergantungnya kebutuhan jagung Banten dari daerah lain. Sementara potensi lahan tidur yang sangat besar, selama ini tidak tergarap.

“Miris, karena Provinsi Banten masih dikirim jagung dari daerah lain. Bertahun-tahun Banten masih dijajah jagung oleh daerah lain, padahal Banten adalah daerah yg cukup luas, lahan pertaniannya subur,” ujar Nasrullah, Sabtu (22/4/2017)

Selain itu ia juga menyayangkan sikap pemerintah daerah di Banten yang terkesan tidak serius dalam membangkitkan gairah pertanian terutama untuk komoditas jagung dan kedelai yang saat ini dibutuhkan industri feed dan makanan Banten.

“Banyak yang mau menanam jagung tapi pemerintah daerahnya sendiri yang tidak mensupport pada kegiatan tanam jagung, petani terlalu sering dibohongi oleh pemerintah dengan adanya program jagung sehingga petani merasa kecewa dan akhirnya enggan menanam jagung,” kecam pria yang akrab disapa Nas Brow ini.

Selain itu, menurut dosen Universitas Mathla’ul Anwar Banten ini, dengan potensi alam dan semangat petani untuk membiasakan bercocok tanam jagung harus juga didorong peran pemerintah.

“Banten harus swasembada jagung, Pemprov Banten, pemkot dan pemkab yang ada di Banten harus serius menjemput program bantuan dari Kementerian terkait budidaya jagung ini. Jangan sampai terjadi lagi Banten dikirim jagung dari daerah lain dan jangan sampai bantuan tidak sampai terealisasikan ke petani,” pungkasnya.

Aktivis Gempita Banten dipimpin Daddy Hartadi (2-kanan) saat audiensi dengan Kepala BPN Serang terkait izin penggunaan lahan negara, Kamis lalu (20/4/2017) / Dok

Sementara Daddy Hartadi, Wakil Koordinator Hubungan Antar Lembaga Gempita Banten, juga secara aktif melakukan pendampingan kepada petani untuk bisa mendapatkan lahan garap dari keberadaan lahan tidur milik negara.

Gempita telah melakukan audiensi dengan Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten Serang pada Kamis 20 April lalu, untuk mengkoordinasikan hal tersebut.

“Setelah audiensi kami dengan Kepala BPN Serang, ada potensi 1.400 hektar lahan tidur yang bisa ditanam jagung oleh Gempita,” ungkap Daddy. (*)

Honda