Ini Kata Sukmawati, Soal Puisinya yang Dinilai Lecehkan Syariat Islam

Jakarta – Puisi ‘Ibu Indonesia’ Sukmawati Soekarnoputri yang di dalamnya menyinggung tentang azan dan cadar dipersoalkan. Sukmawati buka-bukaan soal ini.

Puisi itu dibacakan Sukmawati dalam acara ’29 Tahun Anne Avantie Berkarya’ di Indonesia Fashion Week 2018. Video pembacaan puisi itu lalu beredar dan ramai dibahas.

Salah satu yang mempersoalkan puisi itu adalah pengurus Persaudaraan Alumni 212, Kapitra Ampera. Menurut Kapitra, Sukmawati tidak seharusnya membanding-bandingkan azan dengan kidung Pancasila.

“Jangan banding-bandingkan azan. Azan itu panggilan ibadah,” tutur Kapitra kepada wartawan, Senin (2/4/2018).

Sukmawati mengatakan apa yang disampaikannya adalah pendapat pribadi sebagai budayawan. Menurut Sukmawati, tidak ada isu SARA sama sekali dalam puisi yang dibawakannya.

“Saya nggak ada SARA-nya. Di dalam saya mengarang puisi. Saya sebagai budayawati berperan bukan hanya sebagai Sukmawati saja, namun saya menyelami, menghayati, khususnya ibu-ibu di beberapa daerah. Ada yang banyak tidak mengerti syariat Islam seperti di Indonesia timur di Bali dan daerah lain,” kata Sukmawati saat dihubungi terpisah.

Menurut Sukmawati, puisi yang ditulisnya menggambarkan realitas di Indonesia. Sebagai seorang budayawati, Sukmawati mengaku menyelami pikiran rakyat dari berbagai daerah.

“Lho Itu suatu realita, ini tentang Indonesia. Saya nggak ada SARA-nya. Di dalam puisi itu, saya mengarang cerita. Mengarang puisi itu seperti mengarang cerita. Saya budayawati, saya menyelami bagaimana pikiran dari rakyat di beberapa daerah yang memang tidak mengerti syariat Islam, seperti di Indonesia timur, di Bali, dan daerah lain,” ujarnya.

Sukmawati mengatakan apa yang dia sampaikan dalam puisi itu merupakan pendapatnya secara jujur. Sukmawati lalu bicara soal tuduhan pembanding-bandingan azan dengan Kidung Ibu Indonesia yang dipersoalkan Kapitra.

“Soal kidung ibu pertiwi Indonesia lebih indah dari alunan azanmu, ya boleh aja dong. Nggak selalu orang yang mengalunkan azan itu suaranya merdu. Itu suatu kenyataan. Ini kan seni suara ya. Dan kebetulan yang menempel di kuping saya adalah alunan ibu-ibu bersenandung, itu kok merdu. Itu kan suatu opini saya sebagai budayawati,” ujar Sukmawati.

“Jadi ya silakan orang-orang yang melakukan tugas untuk berazan pilihlah yang suaranya merdu, enak didengar. Sebagai panggilan waktu untuk salat. Kalau tidak ada, akhirnya di kuping kita kan terdengar yang tidak merdu,” sambungnya. (*/Detik.com)

Honda