Kisah Hassan bin Tsabit, Sang Mujahid Berpanah Syair

FAKTA BANTEN – Di masa awal peradaban Islam, tercatat ada tiga pujangga besar yang menyertai perjuangan Nabi Muhammad shalallahu alaihi wassalam. Ka’ab bin Malik, Abdullah bin Rawahah, dan Hassan bin Tsabit radhiyallahu anhum. Tulisan ini akan mengetengahkan sosok yang terakhir, yaitu Hassan bin Tsabit radhiyallahu anhu.

Hassan bin Tsabit radhiyallahu anhu lahir di Yatsrib (Madinah) 563 M. Ia bersuku bangsa Khazraj (Bani khazraj). Nama lengkapanya Hassan bin Tsabit bin al-Mundzir al-Khazraji al-Anshari, dan biasa dipanggil Abul Walid. Setelah masuk Islam, orang menggelarinya “Syair Rasulullah” (Penyairnya Rasulullah shalallahu alaihi wassalam).

Hassan termasuk shahabat Nabi yang masuk Islam dalam usia lanjut (60 tahun). Namun Allah subhanahu wa ta’ala mengaruniainya umur panjang, yakni 120 tahun. Di masa mudanya ia pernah mengembara ke al-Hirah dan Damaskus. Baru kemudian memutuskan untuk menetap di Yatsrib.

Ketika Nabi shalallahu alaihi wassalam tiba di Yatsrib dalam rangka hijrah, Hassan meninggalkan agamanya dan
menyatakan diri masuk Islam. Setelah menjadi Muslim, ia aktif berperan dalam perjuangan dengan mencipta dan membacakan syair-syair perjuangan.

Saat Raja Muqaukis menghadiahi Rasulullah shalallahu alaihi wassalam dua bersaudara Sirrin dan Mariyah al-Qibtiah, beliau menikahi Mariyah dan menghadiahkan Sirrin kepada Hassan. Hassan bin Tsabit radhiyallahu anhu kemudian menikahinya. Dari pernikahan ini, lahirlah anak kelaki yang diberi mana Abdurrahman.

Rasulullah shalallahu alaihi wassalam merespon positif peran juang Hassan bin Tsabit radhiyallahu anhu. Beliau mengakui bahwa syair-syairnya ampuh untuk melumpuhkan propaganda hitam yang dibuat oleh musuh-musuh Islam. Syair-syairnya seperti anak panah yang meluncur menikam dada para penista kebenaran penghina Sang Utusan. Bahkan sabda beliau, Jibril alaihissalam pun turut serta memberi apresiasi hangat untuk syair-syair Hassan.

“Berikan pujian kepada mereka, kelak malaikat Jibril bersamamu (Hassan bin Tsabit).” (Hr. Bukhari).

Dalam hadits lain dikatakan bahwa dari ‘Aisyah radhiyallahu anha, Rasulullah shalallahu alaihi wassalam bersabda kepada Hassan bin Tsabit radhiyallahu anhu: “Ruhul Qudus (Jibril) akan tetap mendukung dan melindungimu selama engkau memuji Allah dan RasulNya.”

Dalam riwayat Tirmidzi dari ‘Aisyah radhiyallahu anha, disebutkan bahwa suatu ketika Rasulullah shalallahu alaihi wassalam memersilakan Hassan berdiri di mimbar masjid untuk membaca syair pujian kepada beliau.

‘Aisyah radhiyallahu anha juga pernah mengisahkan bahwa suatu ketika Rasulullah shalallahu alaihi wassalam bersabda, “Kritiklah orang-orang Quraisy (dengan syair) karena ia lebih berat bagi mereka daripada lemparan anak panah!”
Mulanya Nabi shalallahu alaihi wassalam mengundang Abdullah bin Rawahah radhiyallahu anhu dan bersabda, “Kritiklah mereka!”

Ibnu Rawahah pun bersyair. Tetapi beliau merasa belum cukup. Kemudian beliau meminta Ka’ab bin Malik radhiyallahu anhu, tapi rasanya beliau masih belum lega. Lalu datanglah Hassan bin Tsabit radhiyallahu anhu, lantas Rasulullah shalallahu alaihi wassalam bersabda, “Saatnya bagi kalian mengutus kepada singa yang memukul dengan ekornya ini!”
Riwayat di atas menggambarkan betapa mengenanya syair-syair karya cipta Hassan bin Tsabit radhiyallahu anhu. Berikut ini adalah salah satu karyanya:

Kauhina Muhammad, akulah membela
Di sisi Allah balasan itu semua
Kau menghina Muhammad yang baik yang bertaqwa
Utusan Allah yang slalu tepat janjinya
Sungguh… bapakku, ibuku, kehormatanku
Sungguh… adalah pelindung kehormatan Muhammad dari kalian
Aku kehilangan anak perempuanku
Bila kalian tak lihat kuda-kuda kami kepulkan debu
Di dataran Kada’
Kuda-kuda terbang berlomba dengan tali kekangnya
Tombak haus darah terhunus di balik lehernya
Kuda-kuda kami terus berpacu kencang
Para wanita kibaskan debu dari kudungnya
Jika mereka biarkan maka kami berumrah
Itulah kemenangan serta tabir yang tersingkap
Jika tidak maka hadapilah peperangan suatu hari
Allah akan muliakan siapa Dia kehendaki
Allah berfirman, telah Kuutus seorang hamba
Ia berkata benar tanpa ada samar
Allah berfirman, telah Kukirim pasukan
Orang-orang Anshar biasa berperang
Apakah yang menghina Rasulullah dengan yang memuji dan menolongnya adalah sama?
Jibril Utusan Allah ada di pihak kami
Ruhul Qudus tak tertandingi…

Selain berprestasi dalam dunia sastra. Hassan bin Tsabit radhiyallahu anhu juga seorang pengembara. Tak hanya di kala muda, dalam usia renta, sepeninggal Nabi Muhammad shalallahu alaihi wassalam, ia sempat melakukan pengembaraan ke arah timur hingga negeri China. Ia menjalaninya bersama Sa’ad ibn Abi Waqqas, Tsabit bin Qais, dan Uwais al-Qarni radhiyallahu anhum, sebagai langkah dakwah yang mulia.

Di penghujung usianya, Allah subhanahu wa ta’ala menguji Hassan bin Tsabit radhiyallahu anhu dengan kebutaan mata. Ia menjalaninya dengan sabar dan prasangka baik kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Setelah menyumbang peran besar untuk Islam, ia wafat pada 54 H (674 M) di Madinah. Wallahu a’lam. (*)

 

 

 

 

Sumber: Panjimas

S

Honda