Kota Serang Butuh Cahaya

Dprd ied

*) Oleh: Mokhlas Pidono

CAHAYA itu menerangi, menyinari, menjadikan cerah, membuat leluasa memandang, menunjukan arah jalan dan tujuan. Cahaya adalah salah satu sumber kehidupan, yang semua makhluk hidup di bumi ini sangat membutuhkan.

Kurang lebih 10 tahun yang lalu, Kota Serang mendeklarasikan diri menjadi kota otonom, memiliki wilayah dan penduduknya sendiri dan resmi menyatakan bukan lagi bagian dari Kabupaten Serang atau dalam istilah lainnya, dimekarkan. Tujuannya seperti daerah pemekaran lainnya, mengatasnamakan agar pembangunan semakin merata, kesejahteraan bisa juga merata, sehingga masyarakat di 6 kecamatan yang masuk dalam teritorinya bisa semakin maju dan sejahtera.

Ditambah embel-embel bahwa Kota Serang adalah Ibu Kota Provinsi, harus fokus membenahinya agar bisa sejajar dengan ibu kota provinsi lainnya, khususnya di Pulau Jawa. Nyatanya, Kota Serang tak banyak kemajuan, stagnan, bahkan diusinya yang sudah satu dekade.

Cahaya Dalam Arti Sebenarnya

Pernahkah anda jalan-jalan malam hari di wilayah Kota Serang, jantung kotanya saja dulu tak perlu berbicara daerah pinggiran dulu. Wajah pusat Kota Serang muram, penerangannya terkesan remang-remang, lampu jalanan seadanya menghiasi Kota, redup tanpa warna. Lampu hias Asmaul Husna yang sempat menyala di awal keberadaannya sekarang tinggal onghokan tiang dengan semrawutnya serabut lampu, tak menyala, robek dan jangankan mengandung seni, dilihatpun sungguh tak sedap.

Belum lagi alun-alun yang gelap gulita, lampu remang-remang, rawan perbuatan menyimpang, bahkan rawan kejahatan, tak jarang perbuatan tak senonohpun ditemukan disana. Lantas bagaimana dengan pinggiran Kotanya? Jangan tanya, jalan menuju Walantaka gelap gulita, ke Taktakan dalam kegelapan, ke Kasemen remang-remang, ke Curug idem, Cipocok Jaya sebagian kecil menyala, entah karena anggaranya sebagian besar untuk untuk belanja pegawai sehingga porsi untuk program lain termasuk infrasruktur kebagian sisanya saja.

dprd tangsel

Cahaya Dalam Makna Lain

Jika cahaya bisa menerangi arah dan tujuan, Kota Serang seperti tak jelas arah kemudinya. Andai visinya kota dengan destinasi wisata yang bertumpu pada perdagangan dan jasa, belum terlihat jelas hasilnya. Menjadi kota dengan destinasi wisata, tak nampak apa yang ditonjolkannya, bahkan wisata religi Banten Lama tidak bisa tertata sebagaimana Jogja atau Surakarta. Wisata alam lebih banyak terdapat di wilayah Kabupaten Serang, Anyer, Cinangka atau Bojonegara.

Butuh ide kreatif untuk menumbuhkan wisata di Kota Serang, tentu dari pemimpin yang kreatif pula. Perdagangan dan jasa juga belum bisa dijadikan tumpuan, bahkan jasa hotel saja di Kota Serang sangat mahal tarifnya dibanding kota lainnya dengan fasilitas yang sama, bandingkan saja di situs pecarian harga hotel, tarif di Kota Serang jauh lebih mahal, wajar kalau orang enggan berkunjung dan bermalam di Kota Serang, tentu ini berpengaruh pada jumlah kunjungan.

Dari laporan RKPD tahun 2017, sektor pendidikan, indeks pembangunan manusia, kesehatan dan kebutuhan dasar masyarakat termasuk masalah kemiskinan di dalamnya, masuk dalam kategori perlu upaya keras atau jauh dari kata tercapai. Gizi buruk masih menghantui, belum tertuntaskan bahkan belum tertangani secara maksimal.

Harapan untuk pemimpin Kota Serang kedepan semoga bisa menentukan arah dan tujuan pembanguanan Kota Serang, menyinari yang gelap gulita, menjadikan Kota Serang bercaya, semoga (*)

*) Mokhlas Pidono

(Penulis adalah masyarakat biasa, tinggal di Walantaka)

Golkat ied