Madu Odeng “Harta” Melimpah dari Alam Ujung Kulon

Sankyu

PANDEGLANG – Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) tidak hanya dikenal sebagai kawasan suaka bagi satwa seperti Badak jawa, Banteng dan Macan tutul saja.

Sebagai daerah hutan yang masih terjaga, Ujung Kulon juga dianugerahi kekayaan alam yang luar biasa, salah satunya adalah madu ‘odeng’ atau madu hutan.

Madu hutan memiliki banyak manfaat bagi kesehatan tubuh. Banyak juga jenis olahannya, seperti produk kecantikan dan kesehatan.

Banyak masyarakat yang tinggal di desa sekitar kawasan Taman Nasional Ujung Kulon, Pandeglang, yang menjadi petani madu hutan ini.

Dikatakan Ruhiat Nawawi salah satu pemuda Desa Ujung Jaya, madu odeng Ujung Kulon ini memiliki khasiat banyak bagi kesehatan tubuh, seperti memperkuat sistem kekebalan tubuh, pengobatan kulit, diabetes, metabolisme tubuh, mengobati jerawat dan banyak lainnya.

“Madu odeng yang didapat di hutan ini bisa dikonsumsi langsung, dicampur dengan bahan makanan lain, dan bisa juga dibuat minuman dengan cara mencampurkan madu dengan air hangat,” ujarnya.

Sekda ramadhan

Lanjut Ruhiat, dari hasil penelitian menunjukkan bahwa campuran madu dengan air hangat mempunyai banyak manfaat bagi kesehatan tubuh.

Cara petani mendapatkan produksi madu ini, diketahui tidaklah mudah.

“Manfaatnya banyak tapi proses pengambilan madu odeng ini sangat memiliki resiko yang besar, soalnya para petani lebahnya harus pergi ke hutan dulu mencari lebah, dan memanjat pohon besar untuk mengambil madu, maka wajar jika harga madu semakin meningkat,” kata pria yang akrab disapa Caswi saat berbincang dengan wartawan faktabanten.co.id, Minggu (22/10/2018).

Selain itu Caswi juga mengatakan, bahwa dirinya mengaku aktif memasarkan madu ini, sebagai upaya membantu petani madu lebah odeng di Ujung Kulon.

“Saya suka bawakan untuk orang yang memesan, paling ke teman teman saya, ya paling begitu aja, tapi walaupun begitu saya merasa senang sedikit membantu para petani untuk menjual hasilnya,” ungkapnya.

Untuk penjualan madu odeng sendiri belum bisa banyak, karena petani lokal untuk pengadaan madu ini hanya memakai cara tradisional, dan tidak melakukan ternak berkelanjutan.

“Perbulannya dari setiap jenis madu hanya tersedia 5.000 botol,” tandasnya. (*/David)

Honda