Mahasiswa LMND Gelar Kongres ke-8 di Desa Gunung Anten Lebak – Banten

LEBAK – Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (LMND) atau yang sering disebut dengan aksen Elemende, menyelenggarakan Kongres ke-8 di Desa Gunung Anten, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten dengan tema “Membangun Organisasi yang mengabdi pada Buruh dan Tani untuk wujudkan Belajar, Mengorganisir, Bersatu dan Berjuang”.

Dipilihnya Desa Gunung Anten, Kabupaten Lebak ini merupakan implementatif dari tema yang diangkat pada Kongres ke-8 LMND, yang menegaskan bahwa mahasiswa sebagai kelas pendorong perubahan harus belajar bersama rakyat, mengorganisir rakyat tidak meninggalkan rakyat tidak berada jauh dengan rakyat, harus bersatu dengan rakyat, dan berjuang bersama rakyat.

Pada pembukaan Kongres Nasional LMND ke-8 di Banten pada 11 Mei 2017 lalu, turut dihadiri oleh berbagai organisasi pergerakan mahasiswa, buruh, tani, antara lain Serikat Mahasiswa Indonesia (SMI), Aliansi Mahasiswa Banten (AMB), Federasi Serikat Buruh Karya Utama (FSBKU), Konferdarasi Persatuan Buruh Indonesia (KPBI), Konfederasi Pergerakan Rakyat Indonesia (KPRI), Konsorsium Pembaharuan Agraria (KPA), dan Pergerakan Petani Banten (P2B).

Ketua Umum LMND terpilih, Raden Deden Fajarullah mengatakan, LMND sebagai organisasi yang berbasiskan mahasiswa harus turut aktif mendorong terjadinya persatuan gerakan rakyat untuk melawan Imprealisme yang selama ini telah membuat sebagian besar rakyat menderita.

“LMND harus terlibat aktif dalam mendorong persatuan lintas sektor untuk melawan imprealis-feodalis. Sistem ini adalah dalang dari kesengsaraan yang dialami rakyat. Jika kita ingin sejahtera, maka tidak ada pilihan lain selain melawan sistem yang menghegemoni ini,” ungkap Raden saat memimpin aksi massa untuk mendeklarasikan hasil Kongres di Lebak-Banten, Senin kemarin (15/05/17).

Raden juga menyampaikan, krisis kapitalis internasional yang sedang terjadi akan semakin membuat penetrasi modal semakin agresif. Hal ini akan semakin membuat rakyat terasingkan dari kehidupan sosialnya.

Pemodal akan semakin memassifkan produksinya namun akan semakin menekan pendapatan pekerjanya demi mendapatkan keuntungan.

“Peraturan Pemerintah Nomor 78 tahun 2015 adalah salah satu bentuk pendukungnya,” tegas Raden.

Ia menambahkan, semakin massifnya konflik agraria adalah juga bentuk dari akibat penetrasi modal. Karena para pemodal akan masuk disemua sektor, termasuk penguasaan lahan. Ini akan mendorong masyarakat di desa-desa menuju ke kota, sehingga pengangguran akan semakin menumpuk.

“Maka tidak ada pilihan lain bagi kita selain terus berjuang dan mendorong lintas sektor ini untuk bersatu dan membuat kekuatan alternatif,” tutupnya. (*)

Penulis: Moh Jumri

Honda