Mantan Aktivis PII Masuk Dalam 5 Tokoh Muda Muslim untuk ‘Muslim Exchange Program’ di Australia

JAKARTA – Mantan aktivis Pelajar Islam Indonesia (PII) Nurjanni Astiyanti masuk dalam lima tokoh muda yang akan mengikuti program ‘Muslim Exchange Program (MEP)’ di negara Kanguru. Peserta program ini akan berangkat dan tinggal di Australia selama 14 hari (5-19 Maret 2017).

Nurjanni Astiyanti, pernah aktif di Korpus PII Wati. Sekarang berprofesi sebagai Guru Pembimbing Konseling SMK N 1 Sukabumi, dan Koordinator Regional untuk Asosiasi Musyawarah Konseling dan Pembimbing SMK di Jawa Barat.

Nurjanni adalah Master Psikologi dari Universitas Padjajaran Bandung dan Koordinator Kurikulum untuk Pengawasan Ummahat di Masjid Al Muslimun Katapang, dan menulis tentang Model Kompensasi untuk Proses Ketangguhan Antara Remaja di Sekolah Tinggi Kejuruan.

Sedangkan empat tokoh muda lain yang terpilih ikut dalam MEP 2017 adalah sebagai berikut:

1. Oki Setiana Dewi
Merupakan presenter televisi dan aktris yang berdomisili di Jakarta, dikenal lewat drama religi Ketika Cinta Bertasbih, dan sekarang merupakan presenter program televisi religi pagi Islam itu Indah dan Cerita Perempuan. Oki kerap berdiskusi mengenai topik harian, Islam dan cerita hidup Nabi Muhammad SAW.

Oki aktif di Pergerakan Wanita Nasional, dengan sejumlah karya seperti Hijab Im In Love, A Thousand Raibows, Light Upon Ligth dan Painting a Rainbow. Oki bergelar sarjana Sastra Belanda dari UI, Master Pendidikan Usia Dini dari Universitas Negeri Jakarta dan kandidat PhD UIN dan PTIQ Jakarta.

Kartini dprd serang

2. Prosmala Hadisaputra
Merupakan Kepala Program Edukasi Diniyah di Pesantren Selaparang Kediri, mengajar aqidah, akhlak, tasawuf dan fiqih, dan anggota Divisi Publikasi Nahdlatul Wathan (NW), Ormas Islam terbesar Lombok. Ia bertanggungjawab pada penerbitan material referensi kurikulum lebih dari 1.000 sekolah pesantren afiliasi NW.

Publikasi Prosmala seperti Barakah Cinta Untuk Maulana, Nikmat Ilahi, Cinta untuk Maulana, Pentingnya Edukasi Lingkungan dan Peranan Wanita di Pembangunan Komunitas:Kajian Analisa Tarsir al Misbah dari Muhammad Quraish Shihab. Prosmala memiliki gelar Sarjana Kajian Islam dari Institut Negeri Mataram di Lombok.

3. Niswatin Faoziah
Merupakan Kepala Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar di Sekolah Kajian Islam Sunan Pandaran Yogyakarta, Wakil Bendahara di Fatayat NU regional Yogyakarta. Fatayat NU sendiri merupakan organisasi wanita Muslim yang berafiliasi dengan ormas Islam terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU).

Niswatin merupakan Kepala Yayasan Khozinatul Ulum di Blora, yang mengelola beberapa sekolah islam di tingkat menengah, dengan publikasi seperti Peranan dan Tantangan Pendidikan Islam dalam Membangun Nilai-nilai Multikultural di Sekolah Pesantren Sunan Panandaran. Ia bergelar Sarjana Kajian Islam dari STKI Sunan Kalijaga, dan Master Kajian Bahasa Inggris Universitas Sanata Darma Yogyakarta.

4. Syamsul Arif Galib
Merupakan Dosen UIN Alaudin Makassar yang mengajar Kajian Islam, Sejarah Agama, serta Islam dan Kepercayaan Lokal. Ia juga guru dari Kelas Berbagi, Sekretaris Komisi Infokom di Majelis Ulama indonesia (MUI) Sulawesi Selatan. Ia pendiri Generasi Damai Makassar, bagian dari International Peace Generation.

Publikasi yang diluncurkan seperti Mempertahankan Muka Positif Agama, Membangun Kesadaran Multi Budaya, dan Perdamaian adalah Toleransi dan Keadilan. Syamsul bergelar Sarjana Bahasa Inggris UIN Alaudin Makassar, serta Master Agama dan Kajian Antar-Budaya Universitas Gajah Mada Yogyakarta. (ROL)

Polda