Mengenal Primata Langka di Ujung Kulon, Salah Satunya Dikenal Setia Kepada Pasangan

PANDEGLANG – Ratusan jenis satwa liar menghuni daratan kawasan Taman Nasional Ujung Kulon, dan beberapa diantaranya merupakan jenis primata yang endemik dengan populasi yang langka.

Primata adalah mamalia yang menjadi anggota ordo biologi Primates. Di dalam ordo ini termasuk lemur, tarsius, monyet, kera, dan juga manusia. Kata ini berasal dari kata bahasa Latin primates yang berarti “yang pertama, terbaik, mulia”. Colin Groves mencatat sekitar 350 spesies primatadalam Primate Taxonomy.

Di Ujung Kulon, diantara rapatnya kanopi hutan hujan tropis terdapat beberapa primata yang eksotis dan terancam punah, beberapa diantaranya akan kita bahas dalam tulisan ini.

Owa Jawa
Owa Jawa dengan nama latin Hylobates moloch. Sekilas, bila dilihat dari penampilannya primata ini tampak seperti monyet karena memiliki rambut abu-abu. Namun sejatinya Owa Jawa adalah jenis kera tanpa ekor yang perilakunya sangat berbeda dari primata pada umumnya.

Owa Jawa memiliki banyak sebutan, Silvery Javan Gibbon, Javan Gibbon, Moloch Gibbon, dan Silvery Gibbon.

Di alam liar, Owa Jawa lebih banyak mengahabiskan waktunya diatas pohon (arboreal) dan memakan buah-buahan serta daun muda.

Primata yang endemik di Pulau Jawa ini memiliki kebiasaan yang unik, yaitu setia kepada pasangan.

Owa Jawa dewasa akan memilih menduda atau menjada selamanya jika pasangannya mati terlebih dahulu.

Kartini dprd serang

Hal inilah yang juga menjadi faktor lambatnya perkembiakan owa jawa.

Hewan ini juga banyak diburu untuk dijadikan hewan peliharaan, rambut peraknya yang indah menjadi salah satu alasan kolektor hewan ingin memelihara primata ini.

Surili
Selain Owa, di Ujung Kulon juga terdapat primata lain yang tak kalah eksotis, mereka adalah surili (presbystis comata) Kerabat dekat lutung ini juga endemik di Pulau Jawa.

Penyebarannya Surili menempati hutan primer dan sekunder mulai dari hutan pantai hingga hutan pegunungan pada ketinggian sekitar 2.000 meter di atas permukaan laut (Mdpl). Komposisi pakan Surili terdiri dari daun muda atau kuncup daun (64%), buah dan biji (14%), bunga (7%), dan sisanya (15%) berbagai jenis makanan lain seperti serangga.

Jumlah populasi primata ini di alam juga terancam oleh eksistensi manusia dan perburuan.

Di Ujung Kulon, hewan ini juga jarang terlihat, mereka lebih suka menjauh ketika ada manusia.

Populasi surili (Presbystis comata) di alam terus menurun dari tahun ke tahun. Pada 2004, diperkirakan ada 4.000-an, kini sekitar 2.500 surili. International Union for Conservation of Nature (IUCN) memberikan surili status endangered atau nyaris punah. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) memasukkan satwa ini dalam daftar 25 spesies dilindungi dan jadi prioritas konservasi.

Semoga Taman Nasional Ujung Kulon bisa menjadi tempat yang aman bagi kedua mahluk ini.(*/Angga)

Polda