Mengusir Anak Kecil yang Bermain di Masjid, Bolehkah?

Sankyu
FAKTA BANTEN – “Membuat ribut di dalam masjid”, sepertinya itu kata kunci untuk anak-anak yang diajak pergi ke masjid. Walau tidak sepenuhnya benar, memang membawa anak kecil di dalam masjid membawa banyak risiko. Jika tidak membuat ulah suara dan perilakunya saat orangtuanya sedang shalat, aktivitas lainnya yang tak kalah mengganggu adalah buang air besar atau kecil di dalam masjid yang berkarpet atau menumpahkan cairan yang membuat kotor karpet masjid.
Memang sangat riskan membawa anak kecil dalam masjid jika orangtuanya tidak penuh persiapan. Seperti memakaikan diapers, bersiap jika mereka menangis atau membuat ulah sampai harus membawa perlengkapan lainnya agar mereka bisa menjadi tenang.
Sekda ramadhan
Namun bolehkah kita melarang mereka untuk singgah dan ikut orangtuanya ke masjid, dengan alasan ribut, padahal mereka harus dibiasakan mencintai masjid sejak dini?

 

Memang sepertinya dilema, namun pada kenyataannya banyak reaksi yang terkait dengan keberadaan anak-anak kecil saat jamaah shalat fardhu tiba. Mulai dari memarahi mereka, mengancam atau melarang anak kecil masuk masjid dengan alasan ribut. Padahal Islam sangat mencintai anak-anak dan sebagai agama yang ramah anak. Hingga Rasulullah sangat tidak setuju dengan Larangan Mengusir Anak Kecil dari Masjid.

Rasulullah adalah pribadi yang lembut, beliau sosok pencinta anak-anak, dan itu ditunjukkan dengan beberapa perlakuan beliau terhadap anak-anak saat berada di masjid, yakni:

1. Sebuah riwayat dari Syaddad Ra yang mengisahkan jika suatu hari Rasulullah datang ke masjid dengan membawa salah satu cucu kembaranya saat shalat wajib. Beliau meletakkan cucunya disampingnya, kemudian mengimami shalat. Saat beliau bersujud ternyata sangat lama, lebih lama dari biasanya. Syaddad Ra diam-diam mengangkat kepala untuk meihat apa yang terjadi, ternyata cucu beliau menunggangi punggung kakeknya. Hingga selesai shalat, orang-orang sibuk bertanya, karena mengira terjadi apa-apa dengan Rasulullah atau Beliau sedang menerima wahyu. Rasulullah menjawab: “Tidak, tidak, tidak terjadi apa-apa, Cuma tadi cucuku mengendaraiku, dan saya tidak mau memburu-burunya samapai dia menyelesaikan mainnya dengan sendirinya” ( HR. Nasa’i dan Hakim).

2. Ada sebuah riwayat dari Abdullah bin Buraidah bersumber dari ayahandanya, yang mengisahkan saat beliau berkutbah di mimbar masjid, beliau melihat kedua cucunya bermain-main ke masjid saat mereka belum bisa berjalan dengan baik, dan berulang kali terlihat jatuh bangun. Serta merta Rasulullah turun dari mimbar dan kemudian membawa kedua cucunya dan membawanya ke mimbar kembali, lalu beliau bersabda:

“Maha Benar Allah, Bahwa harta dan anak-anak itu adalah fitnah, kalau sudah melihat kedua cucuku ini aku tidak bisa sabar”, Lalu Rasulullah kembali melanjutkan khutbahnya [HR. Abu Daud].

3. Abu Qatadah ra menceritakan jika Ia melihat Rasululla SAW memikul cucu perempuannya yang bernama Umamah dari putrinya Zainab dipundaknya. Apabila beliau shalat pada saata rukuk, rebilau meletakkan Umamah di lantai dan apabila kembali dari sujud dan akan berdiri maka Rasulullah kembali memikul Umamah.

4. Suatu perilaku beliau saat mengimami yang sangat patut ditiru oleh para imam, bagaimana beliau merespon tangisan anak saat beliau mengimami dimasjid. Hal ini terlihat dalam hadis berikut:

“Kalau sedang shalat, terkadang saya ingin shalatnya agak panjangan, tapi kalau sudah mendengarkan tangis anak kecil -yang dibawa ibunya ke masjid- maka sayapun menyingkat shalat saya, karena saya tau betapa ibunya tidak enak hati dengan tangisan anaknya itu.” (HR: Bukhari Dan Muslim).

5. Rasulullah begitu peduli sama anak kecil, pun disaat puasa. Disuatu riwayat diceritakan saat Rasulullah mengirim pesan agar umatnya melakukan puasa Asyura, dan saat mereka dan anak-anak pergi ke masjid untuk melakukan ibadah sembari menanti buka puasa tiba. Rasulullah menganjurkan untuk membawakan anak-anak mainan dari wool agar tidak rewel di masjid, dan apabila mereka tidak kuat berpuasa, maka mereka menyiadakan makanan buka untuk anak-anak mereka. Dari sini sudah bisa dilihat jika Larangan Mengusir Anak Kecil dari Masjid tidak diperbolehkan nyatanya, keberadaan mereka malah diperhatikan dengan sungguh-sungguh saat di masjid.

6. Rasulullah menanggapi dengan kelembutan bukan cacian atau teriakan saat melihat anak kecil pipis didalam masjid. Hal ini terbukti saat anak seorang anak badui yang pipis dimasjid, dan para sahabat mencelanya, maka Beliau berkata:

“Biarkanlah badui itu, nanti jika pipisnya sudah selesai mohon cuci dan siram kencingnya itu dengan air. Kalian -umat islam- ini diutus bukan untuk bikin repot, melainkan untuk mempermudah.” (HR: Bukhari & Muslim)

7. Menegur dengan baik dan lembut apabila mereka berbuat gaduh, ribut karena saat anak-anak dilarang memasuki masjid dan diperingatkan dengan kasar , maka pesan untuk menecintai masjid pada anaka-anak menjadi hilang. Rasulullah pernah bersabda, “Segalanya sesuatu yang dibarengi dengan kelembutan niscaya akan membuatnya menjadi lebih cantik dan indah. Jika kelembutan terenggut, segalannya akan menjadi rusak dan jelek.” (HR: Muslim)

8. Mengajari anak sholat sejak dini dan ajak untuk mengenal masjid sejak kecil.
Rasulullah menanamkan pada umatnya untuk mencintai masjid, secara berjamaah nmelakukan shalat lima waktu. Pun, anak-anak mereka juga harus ditekankan mencintai masjid karena itu adalah generasi yang akan memegang kendali mengurus umat selanjutnya.

Larangan Mengusir Anak Kecil dari Masjid untuk saat ini sebenarnya sudah tidak diperlukan lagi. Jika permasalahannya khawatir anak-anak pipis dimasjid dan membuat masjid tidak suci, maka bisa menggunakan diapers atau popok anti bocor untuk mereka. Sebaiknya mereka diberi pengertian sebelum kemasjid, untuk tenang sejenak saat shalat tiba. Hal ini bukan sesuatu tidak mungkin jika kita sendiri bisa menciptakan rasa nyaman pada anak dan lingkungan shalat kita. (*/Kajianlagi.com)

Honda