Pembangunan Jembatan di Cilegon, Pemborong Untung Warga “Mutung”

Sankyu

CILEGON – Warga Pengguna Jalan dan warga sekitar mengeluhkan pembangunan jembatan di jalan H. Mudzakir Link Jangkar Wetan RT 17 RW 03, Kelurahan Tegalratu, Kecamatan Ciwandan. Pasalnya pembangunan jembatan tersebut tidak pernah ada sosialisasi yang dilakukan pihak ketiga yakni PT Artha Leo Putra dengan Konsultan CV Inet Indigo Design yang membuat aktivitas warga terganggu.

Warga yang melakukan aktivitas seperti sekolah, kerja harus berbalik arah sejauh 5 kilometer untuk menuju tempat aktifitasnya.

Tidak ada Jembatan alternatif yang dibangun pihak ketiga untuk dilalui pejalan kaki maupun kendaraan roda dua, juga dikeluhkan. Padahal di depan jembatan yang dibangun itu banyak sekolah.

Hikmatullah (30) warga setempat menyayangkan pihak kontraktor kepanjangan tangan dari Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (PUTR) Kota Cilegon yang tidak pernah memikirkan warga sekitar yang membuat warga harus berbalik arah sejauh 5 kilometer untuk aktifitas.

“Embuh kuen, pemborong jeh mengkonon, ore mikiraken warga (Tau tuh pemborong seperti itu gak mikirin warga) hanya nguntungin dia aja),” ucap Hikmat kesal, Sabtu (20/10/2017).

Sudah hampir tiga pekan proses penggalian, lanjut Hikmat, tapi sampai detik ini belum juga dilakukan pekerjaan.

Sekda ramadhan

Hal yang sama juga dikatakan Lutfi (30) warga setempat, bahwa keinginan warga untuk dibuatkan jembatan setapak untuk dilalui pejalan kaki dan kendaraan roda dua sudah disampaikan kepada pihak pemborong, tapi pihak pemborong seolah-olah diam dan tidak mau mendengar keluhan warga.

“Pemborong bebudegan, cuek terkesan tidak mau tau keluhan warga,” ujarnya.

Warga Gotong-royong Bikin Jalan Bambu

Untuk akses agar anak sekolah tidak terlambat karena muter terlalu jauh untuk mencapai sekolah, akhirnya warga bergotong-royong membuat jalan bambu di samping jembatan yang dibongkar. Hal ini dilakukan warga untuk menghindari anak sekolah terlambat.

“Warga bergotong-royong membuat jalan bambu tanpa dibantu pihak pemborong,” ujar Sohandi.

Dari pantauan Fakta Banten, Sabtu (20/10/2017) sore tadi, memang benar apa yang dikeluhkan warga jembatan tersebut hanya dirubuhkan oleh pihak pemborong, sedangkan tidak ada akses jalan alternatif untuk dilalui, sehingga warga harus memutar dengan jarak 5 kilometer untuk sampai tempat aktifitasnya melalui Jalan Lingkar Selatan (JLS). (*/Adam RT)

Honda