Persaingan Badak dan Banteng di Ujung Kulon

PANDEGLANG – Sebagai hewan mamalia dengan beberapa makanan dan penggunaan ruang habitat yang sama, badak jawa (Rhinoceros sondaicus) dan banteng belum (Bos javanicus) memiliki potensi persaingan yang tinggi.

Jumlah populasi banteng yang sangat tinggi dengan perkembang biakan yang sangat cepat, banteng dikhawatirkan menjadi kompetitor badak jawa di Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK).

Menurut Kepala Balai Taman Nasional Ujung Kulon, Mamat Rahmat, terkait jumlah populasi banteng, saat ini pihak BTNUK masih belum bisa menghitung secara pasti jumlah individu hewan yang berkerabat dengan sapi bali itu, dikarenakan sulitnya membedakan antar individu banteng.

“Banteng lebih sulit dihitung karena antara individu secara fisik sulit dibedakan,” ujarnya kepada Fakta Banten.

Untuk menghitung populasi banteng di alam, Balai Taman Nasional Ujung Kulon masih belum memiliki metode yang efektif.

“Sejauh ini yang kita lakukan adalah menghitung individu di padang penggembalaan dan di saat yang sama juga dihitung individu yang terekam di video trap,” imbuhnya.

Kartini dprd serang

Meski dinyatakan dalam beberapa literatur, banteng berpotensi menjadi kompetitor badak jawa di habitatnya di Taman Nasional Ujung Kulon, namun secara indikator masih banyak yang belum bisa terpenuhi terkait persaingan tersebut.

Menurut peneliti WWF Indonesia, Rois Mahmud, beberapa hal semisal dari jenis pakan antara badak jawa dan banteng memang memiliki persamaan namun dengan jumlah persediaan makanan yang masih banyak, hasil penelitian dirinya dengan tim dari Balai Taman Nasional Ujung Kulon (BTNUK) belum menunjukkan adanya persaingan.

“Hasil dari riset kami, badak sebagai hewan dominan (superior spesies-red) tidak menunjukkan perilaku agresif terhadap banteng yang menjadi subordinat,” ujar Rois saat ditemui di kantor WWF Indonesia site Ujung Kulon beberapa waktu lalu.

Dengan metode penelitian menggunakan model two spesies occupancy model, tim peneliti belum bisa membuktikan persaingan antara badak jawa dan banteng di Taman Nasional Ujung Kulon.

“Dengan menggunakan dimensi waktu antara badak dan banteng masih berjalan beriringan, indikator dominasi dengan perilaku agresif dari badak ke banteng tidak terlihat,” imbuhnya.

Meski secara kasat mata, populasi banteng lebih besar dari badak jawa, hasil sensus malah bertolak belakang, jumlah individu yang baru teridentifikasi baru tidak lebih dari 100 ekor. (*/yar)

Polda