PII Banten Nilai Pencantuman Penghayat Kepercayaan di KTP Bakal Rentan Penyalahgunaan

SERANG – Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang mewajibkan negara mencantumkan penghayat kepercayaan di kolom agama KTP mendapat banyak tanggapan dari sejumlah pihak. Salah satunya Muhamnad Fuad Saefudin, Ketua 2 Bidang Pengembangan dan Pemberdayaan Organisasi (PPO) Pengurus Wilayah Pelajar Islam Indonesia (PII) Banten, yang menganggap bahwa putusan tersebut sangat rentan penyalahgunaan.

“Saya rasa ini sangat rentan. Ya bisa saja disalahgunakan oleh orang-orang yang beragama namun secara sengaja mengganti menjadi penghayat kepercayaan untuk menghindari kewajiban beragamanya,” kata Fuad.

Pasalnya, Fuad mensinyalir banyak pihak yang berupaya untuk memanfaatkan situasi ini

“Ketika seseorang mengganti aliran kepercayaannya menjadi kepercayaan A misalkan, walaupun dirinya sebenarnya seorang Muslim, secara formal kan enggak bisa diapa-apain. Apalagi kalau sampai kelompok terlarang, komunis misalnya, mereka menyebut bahwa mereka menganut kepercayaan B, tapi ternyata di balik itu ada ajaran-ajaran yang bertentangan dengan negara. Ini bagaimana? Kita sama-sama tau lah bagaimana kinerja aparat kita,” tegas Fuad.

Pelajar yang baru lulus bulan Juli kemarin itu menambahkan bahwa, hal ini akan semakin mempersulit usaha untuk mempertegak sila ketuhanan Yang Maha Esa itu sendiri.

Ini yang menjadikan rakyat semakin bingung kepada para penegak hukum di negeri ini.

“Membingungkan. Saya baru lulus sekolah, dan katanya kita itu harus mengamalkan Pancasila. Ketuhanan Yang Maha Esa itu kan sudah jelas. Agama saya Islam, dan kita tahu sudah banyak aliran-aliran yang ngakunya muslim, tapi ibadahnya, nabinya, kepercayaannya, bahkan Tuhannya aneh-aneh. Khawatir nanti soal kolom agama ini dijadikan modus baru aliran sesat,” jelas Fuad.

Selain itu, Fuad juga menambahkan bahwa hal ini rentan konflik horizontal. Pasalnya menurut Fuad banyak masyarakat yang belum siap akan hadirnya kepercayaan baru di tengah masyarakat.

“Sudah masalah hutang negara nggak beres-beres, politik tak kunjung bersih, kini ditambah lagi muncul kepercayaan baru di tengah masyarakat. Apa nggak menyulut konflik horizontal?” Kata Fuad. (*/Angga)

Honda