PII Bikin Alter School dan Trauma Healing untuk Korban Gempa Sulteng

FAKTA BANTEN – Sebagai ormas pelajar dan pengkaderan, Pelajar Islam Indonesia (PII) senantiasa memandang penanganan korban bencana tak semata hanya dalam perspektif pemenuhan kebutuhan fisik yang terganggu, tapi juga pemenuhan kebutuhan psikis yang terkendala. Karena itu yang dilakukan relawan PII antara lain mencoba mengantisipasi pemenuhan kebutuhan psikis korban bencana, seperti yang dilakukan terhadap para pelajar yang ikut menjadi korban gempa di Sulawesi Tengah. Langkah itu diwujudkan melalui kegiatan Alter School dan Trauma Healing.

Alter School dan Trauma Healing yang dilaksanakan relawan PII merupakan serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk melaksanakan aktivitas sekolah darurat bagi korban bencana, yang dibarengi dengan proses penyembuhan trauma terhadap bencana. Sekolah pertama yang menjadi tempat kegiatan ini pasca gempa Sulteng adalah SMP Negeri 4 Kota Palu.

Tiga belas relawan PII dari berbagai daerah, dengan dikoordinir PB PII terjun menjadi fasilitator kegiatan tersebut. Mereka adalah: Melisa, Ahmad Miftakhul Nazi, Dedi Nur Siddik, Dini Rosyanti, Mhd. Zulfirman Hasibuan, Rizki Rismunandar, Wahyu Pranata, M. Azwar Anas, Nurshinta Maharani, Alfian Dwi Prasetyo, Khusnul Khuliq, Roro Syariati Sani dan Saniah. Untuk menjadi konsultan sekaligus koordinator fasilitatornya, PB PII melibatkan salah satu dosen Bimbingan dan Konseling Islam (BKI) dari Institut Ummul Quro Al Islami (IUQI) Bogor, yakni M. Harwansyah Putra Sinaga, M.Pd., Kons.

Dengan memanfaatkan tenda dan teras sekolah yang dirasa aman untuk kegiatan belajar, alter school dan trauma healing dilaksanakan selama sepekan pada 20 s.d 27 Oktober 2018. Lebih kurang 400 orang siswa-siswi SMP Negeri 4 Kota Palu mengikuti kegiatan tersebut. Sebelum gempa terjadi, jumlah siswa-siswi SMP Negeri 4 Palu tercatat ada 900 orang.

“Kegiatan tersebut ada karena kepedulian PII terhadap 2 hal, yakni aktivitas belajar yang terhenti oleh bencana dan adanya kasus-kasus siswa yang takut (trauma) saat berangkat ke sekolah. Sehingga PII hadir untuk membantu reaktivasi kegiatan belajar mengajar di sekolah dan memberikan bantuan psikologis kepada siswa dalam menangani ketakutan terhadap bencana,” jelas Wasekjen PB PII, Aziz Fauzul Adzim.

Kegiatan yang berlangsung selama sepekan, diawali pengakraban antara fasilitator dengan siswa-siswi. Dilanjutkan teori dan praktik terhadap penanganan bencana, menurunkan kepanikan, pertolongan pertama pada kecelakaan dan bencana, serta pertolongan pertama pada orang pingsan. Tidak ketinggalan juga, diberikan tips meningkatkan coping stress. Dalam proses selama berkegiatan, mendapatkan bimbingan teori dan praktik, para siswa juga memperoleh door prize dari para fasilitator.

Kegiatan ini sangat didukung Alfrets Royke Pandean Kepala Sekolah SMP Negeri 4 Kota Palu. “Kami berterima kasih karena adik-adik PII telah memberikan ilmu yang bermanfaat bagi anak didik kami,” ucapnya.

Respon para siswa sendiri sangat menggembirakan. Mereka tampak senang dan ceria, karena jarang ada kegiatan semacam ini. Pada akhirnya, semuanya berharap, meski bencana gempa dan tsunami yang melanda Sulteng telah meluluh-lantakkan sebagian tempat tinggal penduduk, para siswa tetap harus segera kembali ke sekolah, melanjutkan kegiatan belajar untuk mempersiapkan masa depan mereka. (*/Kanigoro.com)

Honda