Potensi Kerang Hijau di Teluk Banten yang Menjanjikan

SERANG – Diantara banyaknya hasil laut yang diperoleh para nelayan dari Teluk Banten yang masuk dalam wilayah Kabupaten Serang dan Kota Serang, ada salah satu hasil laut yang nikmat dan penuh gizi. Selain itu, harganya yang semakin tinggi di pasaran berpotensi bisa meningkatkan ekonomi masyarakat nelayan.

Seperti Kerang Hijau, yang kini mulai banyak dibudidayakan oleh para nelayan khususnya para nelayan Karangantu.

Meski kerang jenis ini tersebar luas di perairan Indonesia, keberadaannya di Teluk Banten melimpah pada perairan dangkal, pesisir, daerah mangrove dan muara sungai .

“Dulumah nggak ada harganya, banyak juga nggak diambilin. Sudah beberapa tahun ini harganya lumayan tinggi, makanya makin banyak nelayan Karangantu yang ikut budidaya Kerang Hijau ini,” kata salah satu nelayan, Kemed.

Dari penelusuran faktabanten.co.id, Senin (14/8/2018), di perairan Teluk Banten dengan menggunakan jasa perahu salah satu nelayan di Karangantu, Idris, tampak puluhan bagan-bagan sebagai sarana budidaya Kerang Hijau.

“Beda dengan Bagan-bagan yang ada jaring, gubug dan lampunya, itumah untuk cari ikan setiap malam, lokasinya lebih ke tengah. Kalau Bagan budidaya Kerang Hijau mah agak di pinggiran. Nah ini,” terang Idris, sambil menunjukan bentuknya.

Dari bentuk dan ukuran memang telihat jelas beda antara Bagan untuk mencari ikan, Bagan Kerang Hijau yang lebih besar dan lebih banyak tali-tali dan bambu yang ditancapkan ke dalam perairan yang potensial terdapat banyak bibit Kerang Hijau agar berkembang biak di Bagan.

Terlihat jelas dari permukaan, banyak sekali Kerang Hijau yang sudah menempel di beberapa Bagan. Kerang ini berkembang tanpa harus diberi makan. Hidup bergerombol dan menempel kuat dengan menggunakan benang byssusnya pada benda-benda keras seperti kayu, bambu, batu ataupun substrat yang keras.

Diketahui, Kerang Hijau merupakan salah satu biota laut yang mampu bertahan hidup dan berkembang biak pada tekanan ekologis yang tinggi tanpa mengalami gangguan yang berarti. Dengan sifat dan kemampuan adaptasi tersebut. Maka, wajar jika Kerang Hijau telah banyak digunakan dalam usaha budidaya oleh masyarakat nelayan di Karangantu.

“Waktu ikut pelatihan sih ada dua cara budidaya, tancap dan rakit apung. Kita disini hampir semua pakai Bagan tancap. Caranya dengan menancapkan bambu sampai dasar perairan. Pastikan lokasi rakit sudah dihitung berdasarkan tinggi rendahnya air pasang atau surut,” papar Samid, nelayan pembudidaya Kerang Hijau.

“Modal bikin Bagan Kerang Hijau ini lumayan, jutaan. Harus sabar sih, Bagan baru waktu panen sekitar lima bulan, seterusnya sih bisa setiap dua bulan atau tiga bulan. Sekali panen se-perahu (ukuran 6×2,5meter) ini penuh,” tambahnya.

Saat ditanya soal harga, Samid enggan terbuka karena sudah ada kontrak harga ke pihak pengepul dengan harga tertentu. Namun, bila ada warga yang membelinya ia tetap masih melayaninya.

“Kalau harga tanya ke pengepul saja, kalau sebelum ke pengepul ada yang mau beli, saya layani,” ujarnya.

Samid berharap, semakin banyaknya pabrik, pelabuhan atau dermaga sandar tongkang dan tempat servis kapal di Teluk Banten agar bisa dibatasi oleh pemerintah. Karena keberadaannya semakin mempersempit ruang gerak nelayan yang membuat hasil tangkapan bisa berkurang.

“Sejak banyak kapal-kapal besar, kapal tongkang, terus ada jembatan (PLTU Jawa-7) itu, pabrik-pabrik, tempat perbaikan kapal itu, nelayan disini kurang bebas di laut, ikan tangkapan turun, makanya saya coba cari tambahan dengan budidaya Kerang Hijau,” tandasnya. (*/Ilung)

[socialpoll id=”2513964″]

Honda