Replika Max Havelaar Sedang Dibangun di Museum Multatuli Lebak

Sankyu

LEBAK – Berdiri megah dan berciri khas bangunan bersejarah, Museum Multatuli terus berbenah guna memperkenalkan sejarah Kabupaten Lebak kepada khalayak umum, salah satunya dengan memamerkan artefak, dan benda-benda bersejarah lainya yang ada di Kabupaten Lebak.

Terlihat, Senin (15/1/2018), Bupati Lebak Iti Octavia Jayabaya memantau proses penataan benda bersejarah yang beberapa diantaranya telah siap diposisikan, dan hampir finishing.

Museum Multatuli terletak di tengah-tengah kota di Jalan Alun-alun Timur Nomor 8, Kecamatan Rangkasbitung.

“Sekedar melihat-lihat saja, dan alhamdulillah Replika Max Havelaar sudah dalam tahap finishing,” kata Iti Octavia saat ditemui di Halaman depan Museum Multatuli Lebak, Senin (15/01/2018).

Sekda ramadhan

Iti menuturkan, kedepannya bukan hanya replika Max Havelar, tapi juga akan ada beberapa benda-benda bersejarah lainya yang akan di pamerkan di Museum Multatuli, dan semua benda bersejarah tersebut tentunya merupakan benda sejarah asli dari Lebak.

“Tidak hanya patung, nanti kita akan pamerkan Saija-Adinda, Riwayat kuno Zaman Kerajaan, Buku Sejarah Multatuli (Eduard Douwes Dekker) dan lainnya,” pungkasnya.

Max Havelaar adalah sebuah novel karya Multatuli (nama pena yang digunakan penulis Belanda Eduard Douwes Dekker). Novel ini pertama kali terbit pada tahun 1860, yang diakui sebagai karya sastra Belanda yang sangat penting karena memelopori gaya tulisan baru.

Novel ini terbit dalam bahasa Belanda dengan judul asli “Max Havelaar, of de koffij-veilingen der Nederlandsche Handel-Maatschappij” (bahasa Indonesia: “Max Havelaar, atau Lelang Kopi Perusahaan Dagang Belanda”)

Roman ini hanya ditulis oleh Multatuli dalam tempo sebulan pada tahun 1859 di sebuah losmen di Belgia. Setahun kemudian, tepatnya pada tahun 1860 roman itu terbit untuk pertama kalinya, dan menjadi salah satu karya Multatuli yang bersejarah. (*/Nana Sofyan)

Honda