Budayawan Cilegon Pertanyakan APBD dan Dana Sponsor untuk CEC

Sankyu

CILEGON – Selain dinilai tidak ada manfaat bagi masyarakat Cilegon, besaran dana APBD yang digunakan untuk penyelenggaraan Cilegon Etnic Carnival (CEC) pada Sabtu (24/8/2019) lalu, juga dipertanyakan oleh budayawan dan pelaku seni budaya di kota industri tersebut.

“Ini harus ditinjau ulang karena gak ada manfaatnya sama sekali untuk masyarakat Cilegon. Terus berapa APBD yang dikeluarkan untuk CEC, itu kan uangnya orang Cilegon,” ungkap Budayawan asli Cilegon, Haji Nawawi Sahim kepada faktabanten.co.id, Selasa (27/8/2019).

Pria yang akrab disapa Mang Haji Wawi ini juga mempertanyakan berapa dana yang didapat dari pihak sponsor dan apa saja bentuk pembinaan Pemkot Cilegon melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) terhadap kebudayaan asli Cilegon.

Menurut informasi, ada besaran dana sponsorship yang masuk ke panitia untuk mendukung program CEC ini.

“APBD Cilegon ya harus untuk membina kebudayaan asli Cilegon, tapi mana? Besaran dana APBD ini wajib diungkap di publik agar orang Cilegon tahu berapa, wajar tidak? Dan kalau perlu dana dari proposal BJB, Krakatau Posco, KS dan lainnya harus terbuka,” tegasnya.

Ketua Umum Peguron Paku Banten ini secara tegas menilai penyelenggaraan CEC kurang memberikan manfaat untuk pengembangan budaya Kota Cilegon.

“Coba dana acara CEC yang cuma semalam itu untuk pembinaan pelaku dan lembaga seni budaya di Cilegon agar jelas manfaatnya,” tambahnya.

Penilaian negatif terhadap gelaran CEC juga diungkapkan oleh Ketua Peguron Bandrong Cilegon, Mustasim, yang mengaku sama sekali tidak ada pembinaan dari Pemkot Cilegon terhadap wadah seni budaya asli Cilegon yang dinahkodainya.

“Selama ini belum ada pembinaan dari Disparbud ke Bandrong, gak tahu kalau untuk yang lainnya. Sama sekali gak ada, alhamdulillah,” ujar Mustasim saat ditanya wartawan.

Sekda ramadhan

Bahkan Mustasim juga menyayangkan, Peguron Bandrong selaku wadah seni budaya asli Cilegon tidak diundang atau dilibatkan dalam gelaran CEC yang banyak menampilkan seni budaya dari daerah luar hingga luar negeri.

“Gak dilibatkan, diundang juga gak, gak ada koordinasi apalagi pembinaan. Tapi tetap optimis, mandiri kita, suatu saat juga mereka akan kalah,” terangnya.

Di pihak lain, Penanggung Jawab Tim Kreatif Disparbud Kota Cilegon yang mengaku merancang event CEC, Nely Evalinda, saat ditemui dan ditanyakan soal berapa dana yang digunakan dari APBD untuk CEC tahun 2019 ini, enggan menjawab. Begitu juga saat kembali ditanyakan melalui pesan WhatsApp.

“Untuk info anggaran aku tidak punya wewenang untuk itu. Ke kantor ketemu pak Kadis langsung ya. Saya memang yang meng-create event CEC tapi karena adanya mutasi dan untuk tahun ini saya ada di tim kreatif. PPTK-nya Pak Ali,” ujarnya.

Nely juga menyatakan alasan penyelenggaraan CEC yang sudah 6 kali pada tahun 2019 ini, menurutnya karena Cilegon bisa maju dan berkembang seperti sekarang karena adanya orang pendatang, termasuk dirinya yang mengaku berasal dari Padang, Sumatera Barat.

Menurut Nely, dalam CEC diawali dengan Wong Cilegon yang menampilkan seni budaya Kota Cilegon dan diakuinya sebagai urutan terpanjang, kemudian diikuti dengan paguyuban etnis yang ada di Cilegon.

“Kota Cilegon sebagai kota industri banyak pendatang yang datang dan bermukim di Cilegon. Multi etnis hidup dan tinggal berdampingan di Cilegon dan bersama dengan masyarakat Kota Cilegon membesarkan kota ini. Inilah latar belakang diadakannya event CEC ini. Dan selalu mengusung tema; harmonisasi multi etnis multi budaya,” jelasnya.

Sementara itu, Kadis Parbud Cilegon, Heri Mardiana saat dikonfirmasi melalui pesan Whatsapp, hingga berita ini diturunkan belum memberikan jawaban meski pesan telah dibacanya.

Gelaran CEC ini memang selalu mengundang kontroversi dan pertanyaan terutama soal manfaat penggunaan APBD Cilegon untuk menampilkan seni budaya luar dan sebagian budaya lokal untuk dipertontonkan dalam acara seremonial yang hanya semalam ini. Sementara di sisi lain, ada pengakuan pelaku seni budaya asli Cilegon yang tidak disentuh pembinaannya. Silahkan masyarakat Cilegon bisa menilai sendiri. (*/Ilung)

Honda