SERANG – Pengerukan kaki Gunung Santri yang dilakukan oleh oknum mantan pejabat setempat pada beberapa hari yang lalu, selain mendapat penolakan dari warga Kampung Gunung Santri, kecaman juga hadir dari masyarakat Cilegon.
“Pengerukannya selama dua hari, dilakukan oleh oknum mantan Kades berinisial M. Setelah kita gruduk hari Kamis lalu, sekarang emang sudah tidak dilanjutkan,” kata Tokoh Pemuda Bojonegara, Suherman kepada faktabanten.co.id Sabtu (24/8/2019).
Seherman juga menjelaskan bentuk pengerukan kaki Gunung Santri diduga dilakukan untuk kepentingan usaha oknum mantan pejabat desa tersebut untuk akses jalan dan membangun workshop.
“Pengerukan di sisi akses jalan tambang BAM, sudah dua hari berjalan, panjangnya sekitar 30 meteran dan lebar 5-6 meter. Kalau ini dibiarkan yang lain bisa ikut-ikutan, ini kan Gunung Santri yang sakral tempat peziarahan, ada kuburan para Waliullah di puncak gunung,” ungkapnya.
“Senin besok seluruh warga akan serempak menolak pengerukan ini, saat rapat di balai desa,” imbuhnya.
Selain mendapat kecaman dari para netizen dalam komentar pemberitaan Fakta Banten sebelumnya, ada juga beberapa tokoh di Kota Cilegon yang secara resmi akan ikut turun tangan untuk mencegah aksi pengerukan gunung bersejarah dalam penyebaran Agama Islam oleh para Waliullah di Banten Utara.
Seperti yang disampaikan tokoh pembina Peguron Bandrong Banten, sekaligus Sekretaris Jenderal PB Al-Khairiyah, Haji Nawawi Sahim yang mengimbau Bupati Serang, Ratu Tatu Chasanah untuk mencegah pengerukan Gunung Santri.
“Siapa kontraktornya, pasukan Bandrong Cilegon dan TTKDH siap gerak ke Bojo. Ini harus menjadi perhatian serius Bupati Serang untuk menjaga dan melindungi Cagar Budaya Gunung Santri,”
ucapnya.
Sementara itu, oknum mantan kepala Desa Bojonegara, M saat coba dikonfirmasi melalui telepon selulernya belum bisa dihubungi karena sedang tidak aktif. (*/Ilung)