CILEGON – Presiden Republik Indonesia Joko Widodo meresmikan Pabrik Industri Baja PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk, yakni peresmian Hot Strip Mill #2 PT Krakatau Steel tbk.
Secara khusus, Presiden meminta PT Krakatau Steel terus melakukan transformasi dan terus melakukan restrukturisasi. Dan, Menteri BUMN juga telah menyampaikan, Krakatau Steel saat ini sudah semakin sehat, karena memang sebelumnya kurang sehat, produksinya juga semakin lancar.
“Industri ini sangat strategis, oleh sebab itu saya memberikan perhatian besar pada industri baja ini. Produk yang dihasilkan sangat dibutuhkan dan dimanfaatkan oleh industri-industri lain. Artinya, nanti akan mengurangi semakin banyak impor kita dari negara-negara lain,” ujar Presiden Jokowi, Selasa (21/09/2022).
Bagi Presiden, sektor industri baja merupakan salah satu pilar penting, untuk memacu pertumbuhan ekonomi Indonesia. Karena konsumsi baja di Indonesia sangat besar, dan jangan dibiarkan pangsa pasar tersebut dimasuki produk-produk dari luar negeri.
“Dan terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, bukan hanya karena pembangunan infrastruktur. Tetapi juga pembangunan industri yang lainnya yang nanti juga membutuhkan baja, utamanya industri otomotif. Dan selama lima tahun terakhir kebutuhan baja kita meningkat hingga 40 persen, tadi sudah disampaikan oleh Pak Dirut,” ungkap Presiden, di Kota Cilegon, Banten.
Presiden melihat Hot Strip Mill #2 dari PT Krakatau Steel yang menggunakan teknologi modern dan terbaru di industri baja, dan hanya ada dua di dunia, pertama di Amerika Serikat dan yang kedua di Indonesia, yaitu di Krakatau Steel.
“Tadi saya sudah melihat ke dalam proses produksinya dan betul-betul memang teknologi tinggi. Pabrik ini memiliki kapasitas produksi hot rolled coil (HRC) sebesar 1,5 juta ton per tahun. Merupakan pabrik pertama di Indonesia yang mampu menghasilkan HRC kualitas premium,” harap Jokowi.
Kedepannya, produksi tersebut akan terus ditingkatkan sehingga nanti mencapai empat juta ton per tahun. Dan, dengan beroperasinya pabrik ini kita akan dapat memenuhi kebutuhan baja dalam negeri, dan tak akan ada lagi impor-impor yang dilakukan.
“Ini yang kita harapkan. Sehingga, sekali lagi, akan menekan angka impor baja negara kita, yang saat ini berada pada peringkat kedua komoditas impor Indonesia. Sehingga kita harapkan nanti bisa menghemat devisa Rp29 triliun per tahun,” paparnya.
Bagi Presiden, devisa yang dikeluarkan untuk impor baja merupakan angka yang sangat besar sekali. Disisi lain, Presiden berpesan agar kualitas produk yang dihasilkan tidak kalah dengan produk impor, dan bisa memenuhi kebutuhan dunia industri di Indonesia.
“Dan saya yakin nantinya akan menjadi komoditas yang mampu bersaing di pasar regional dan pasar global. Saya titip kepada para menteri untuk terus mendukung para pelaku industri baja dan besi, mendukung BUMN kita agar menjadi profesional dan terus menguntungkan, untuk mewujudkan klaster 10 juta ton industri baja di Cilegon ini, yang ditargetkan akan terealisasi di tahun 2025,” pungkasnya. (*/A.Laksono)