CILEGON – Golkar sebagai partai pemenang Pemilu 2019 di Kota Cilegon sepertinya tidak lagi solid, terutama jelang menghadapi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2020 mendatang.
Bahkan nuansa perpecahan di kalangan elit Partai Golkar Cilegon ini mulai menyeruak ke permukaan, setelah sejumlah nama pentolan Golkar Cilegon menyatakan siap maju mencalonkan diri. Beberapa nama yang mulai mencuat, yakni Arief Riva’i Madawi, Iye Iman Rohiman, Isro Mi’raj, dan juga Andi Jempol.
Isu perpecahan semakin menguat, karena kabar pencalonan kader-kader Golkar tersebut muncul diiringi suara-suara ketidakpuasan dan upaya mengusung perubahan di Kota Cilegon. Salah satunya dengan siap menantang Ratu Ati Marliati, wakil walikota Cilegon saat ini yang merupakan Kakak Kandung Ketua DPD Golkar Cilegon Tb Iman Ariyadi, dan rencananya akan diusung Golkar sebagai calon walikota pada Pilkada mendatang.
Iye Iman Rohiman, mantan Anggota DPRD Cilegon dua periode dari Partai Golkar, bahkan mengaku sudah melakukan penjajakan dan komunikasi dengan sejumlah partai politik terkait pencalonannya.
“Saya menjajaki dan coba masuk ke semua partai, termasuk Golkar. Tapi kalau Golkar menutup pintu, saya juga tak masalah. Segala kemungkinan masih terbuka, Golkar juga kan belum resmi mengusung siapa saat ini,” ujar pria yang akrab disapa Haji Iye ini, saat menggelar Konferensi Pers pada Rabu (9/10/2019) lalu.
Haji Iye sendiri mengaku akan terus maju, meskipun Golkar nantinya mengusung calon lain.
“Saat ini memang belum mengundurkan diri dari Golkar, kalau memang ada resiko pemecatan siap diterima. Tapi saya tidak ada masalah dengan Golkar,” ungkap tokoh asal Ciwandan ini.
Selain Haji Iye, ada lagi 2 tokoh muda Golkar asal Ciwandan yang digadang-gadang mencalonkan diri di Pilkada Cilegon, yakni Isro Mi’raj, anggota DPRD yang juga Ketua PK Golkar Ciwandan, dan juga Pengusaha Muda Golkar yang menjadi Ketua BPC HIPMI Cilegon Ahmad Suhandi atau Andi Jempol.
Isro Mi’raj sendiri memang belum secara tegas menyatakan kesiapannya maju di Pilkada. Namun menurut Ahmad Yusdi, yang juga pengurus DPD Golkar Cilegon, dukungan pemilih dan partisipan Golkar di Cilegon cukup besar untuk pencalonan Isro Mi’raj.
“Pak Isro ini tokoh muda yang bisa diterima semua kalangan. Di internal Golkar beliau sangat populer dan dekat dengan kader dan semua pengurus. Makanya tak heran kalau banyak suara-suara yang mendorong Pak Isro untuk maju mencalonkan diri,” ungkap Yusdi kepada wartawan, Sabtu (12/10/2019).
Sedangkan Andi Jempol, diketahui melalui timnya di BPC HIPMI sudah melakukan roadshow untuk mengikuti penjaringan bakal calon di partai politik. Andi yang merupakan Sekretaris PK Golkar Ciwandan ini, sudah mengambil formulir penjaringan di Partai NasDem dan PAN.
Dikatakan Ahmad Yusdi, munculnya wacana pencalonan Andi Jempol dan Isro Mi’raj merupakan representasi dan harapan kaum muda Golkar untuk melakukan perubahan di Kota Cilegon.
“Sepertinya kemunculan para tokoh ini di wacana Pilkada, karena semakin berjaraknya ketidaksesuaian pandangan politik, antara pengurus elit DPD Golkar dengan para kader di bawah. Sedangkan memang tidak bisa dipungkiri, kader-kader Golkar di Cilegon banyak yang berkualitas, dan layak dipertimbangkan untuk diusung dalam Pilkada,” ujar Yusdi.
Selain tokoh-tokoh asal Ciwandan, Arief Riva’i Madawi merupakan satu lagi tokoh elit Golkar Cilegon yang nampaknya juga mulai bersiap-siap turun dalam kontestasi Pilkada.
Arief yang merupakan mantan Ketua DPRD Cilegon ini bahkan menyatakan visi dan arah pembangunan Kota Cilegon selama ini kurang pas, sehingga harus diperbaiki. Padahal hampir 20 tahun, pembangunan Kota Cilegon ini dipimpin dan dikuasai oleh kader Partai Golkar sendiri.
Arief Riva’i Madawi sebagai salah satu tokoh yang berperan dalam pendirian Kota Cilegon, merasa terpanggil untuk membenahi Kota Cilegon kedepan.
“Visi keterbukaan, visi dalam hal membangun itu harus betul-betul diniatkan dari hati yang jujur, tak lain adalah kepentingan untuk masyarakat. Saya hanya ingin meluruskan visi misi awal dari berdirinya Kota Cilegon, karena saya adalah bagian dari sejarah itu, sejak kita masuk di era reformasi dahulu. Jangan kemudian orang-orang yang tidak tahu masalah Cilegon ini ujug-ujug merasa dirinya paling memiliki,” ujar Arief dikutip dari media Bantennews, belum lama ini.
Sementara menurut Nasrullah, pengamat politik dari Mathla’ul Anwar, fenomena banyaknya para tokoh Golkar Cilegon yang ingin bersaing dengan Ratu Ati Marliati di Pilkada mendatang, menunjukkan bahwa mulai meredupnya dominasi keluarga Tb Iman Ariyadi sebagai pemimpin Golkar Kota Cilegon.
Nasrullah mengatakan, bahwa pasca Ketua DPD Golkar Cilegon yang merupakan mantan Walikota Cilegon Tb Iman Ariyadi ditahan akibat korupsi, maka mulai banyak kader dan tokoh di internal Golkar yang merasa bebas menentukan ekspresi politiknya.
“Bagi kader yang rasional mungkin menilai bahwa keputusan yang diambil oleh Ketua DPD Golkar, merupakan pandangan yang subjektif, karena Pak Iman sedang tidak ada bersama kader dan rakyat Cilegon. Sedangkan ada gelombang besar keinginan masyarakat di bawah, bahwa Golkar Cilegon harus ikut arus perubahan,” ujar Nasrullah, Jumat (11/10/2019).
Nasrullah menilai, potensi perpecahan di tubuh Golkar Cilegon semakin nyata kedepannya, jika pihak pengurus elit partai tidak merespon dengan baik aspirasi kader di bawah, dan suara kuat perubahan dari masyarakat Cilegon.
“Mereka-mereka yang muncul dalam bursa pencalonan ini, nampaknya serius dan bukan main-main mereka mengusung perubahan. Sepertinya jika Golkar memutuskan mengusung Ibu Ratu Ati, tokoh-tokoh itu akan berada di gerbong yang berbeda, dan ini ancaman serius bagi Partai Golkar itu sendiri,” imbuhnya.
DPD Golkar Cilegon sendiri sebenarnya belum memutuskan siapa sosok yang akan diusung menjadi calon walikota pada Pilkada 2020 mendatang. Rencananya Golkar Cilegon baru akan menggelar Rapat Pimpinan Daerah (Rapimda) pada bulan November atau Desember mendatang untuk memutuskan rekomendasi pencalonan Pilkada Cilegon mendatang. (*/Angga/Red)