CILEGON – PT Krakatau Steel (Persero) Tbk menerima Kunjungan Kerja yang dipimpin oleh Menteri BUMN Rini M. Soemarno ke daerah Baduy dilanjutkan dengan kunjungan ke beberapa pabrik di Krakatau Steel, Senin (14/10/2019).
Perjalanan kunjungan kerja menteri Rini ini diawali dengan menyerahkan bantuan untuk warga Baduy, Lebak, kemudian dilanjutkan dengan Plant Visit ke beberapa pabrik milik Krakatau Steel, diantaranya pabrik Blast furnace, Slab Steel Plant, serta pabrik yang rencananya akan mulai beroperasi pada tahun ini yaitu Hot Strip Mill #2.
Dengan beroperasinya pabrik Hot Strip Mill #2 diharapkan akan ada penambahan kapasitas produksi secara signifikan untuk produk Hot Rolled Coil (HRC).
“Kunjungan kerja kali ini kami berusaha menyampaikan bahwa kami akan terus meningkatkan kualitas dan kuantitas produk HRC Krakatau Steel terutama jika pabrik baru sudah mulai beroperasi,” ujar Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim, kepada wartawan.
Dalam kunjungan kerja Menteri BUMN Rini M. Soemarno kali ini, Krakatau Steel juga menyampaikan bahwa nantinya akan semakin gencar memasarkan produk HRC baik untuk kebutuhan domestik maupun untuk kebutuhan ekspor, sehingga pemenuhan kebutuhan industri baja domestik dapat terpenuhi.
Krakatau Steel pun semakin dekat mencapai cita-cita mewujudkan Klaster Baja 10 juta ton di Cilegon di tahun 2025.
Pengembangan pasar HRC Krakatau Steel dilakukan terutama menyasar pada proyek-proyek infrastruktur maupun pengadaan pipa minyak dan gas bumi.
Sedangkan untuk pemenuhan ekspor, selain ke Malaysia dan Australia, Krakatau Steel juga akan berusaha meluaskan pasarnya ke India maupun ke wilayah Eropa dengan penjajakan terlebih dahulu melalui rekanan trading.
“Kami saat ini berusaha terus melakukan pengembangan pasar dan mencari peluang pasar baru yang memungkinkan untuk menyerap produksi HRC yang mulai ada peningkatan signifikan kelak di akhir tahun ini,” imbuh Silmy.
Sementara usai mengunjungi plant pabrik PT Krakatau Steel, Menteri BUMN Rini M. Soemarno merasa yakin dengan beroperasinya blast furnace, keuangan pabrik baja tersebut bakal lebih sehat.
“Saya kunjungan ke Krakatau Steel karena saya ingin melihat fasilitas blast furnace yang sebetulnya itu sudah program dari sejak tahun 2012 tapi dalam perjalanannya itu tidak terselesaikan, dan alhamdulillah waktu Pak Silmy masuk ke sini salah satunya adalah menyelesaikan blast furnace hingga prosesnya bisa dijalankan untuk steel di sini dan Alhamdulillah sudah diselesaikan,” kata Rini kepada wartawan.
Blast furnace milik Krakatau Steel memproduksi baja setipis 1,4 mm. Ukuran baja itu saat ini sedang dibutuhkan di pasaran. Dengan produk tersebut, pendapatan Krakatau Steel diharapkan meningkat. Proyek pabrik Blast furnace Krakatau Steel ini merupakan pembangunan yang dimulai sejak tahun 2012 lalu. Namun, proses pembangunannya terkatung-katung dan baru bisa beroperasi pada awal September 2019.
“Ini juga sedang tambahan untuk hot strip mill kedua yang diharapkan bisa membangun ketipisan yang sangat tipis hanya 1,4 mm yang itu sekarang sangat dibutuhkan sebelumnya di pasar,” jelas Rini.
Produk hasil blast furnace diyakini Rini bisa menyehatkan kembali keuangan Krakatau Steel yang selama ini masih rugi. Selain itu, restrukturisasi yang dilakukan perusahaan diharapkan mampu menopang keuangan yang seret.
“InsyaAllah dengan demikian Krakatau Steel bisa lebih sehat, beberapa lama ini memang sangat berat keadaan Krakatau Steel dan Alhamudlillah kemarin Pak Silmy juga sudah bisa merestrukturisasi utang, jadi perbankannya sudah mendukung semua, jadi insyaallah mulai tahun depan mulai sehat,” kata dia. (*/Angga)