CILEGON – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Cilegon menegaskan kesiapan mereka dalam memberikan fasilitas penanganan gangguan kesehatan jiwa terhadap tiga pasangan calon (paslon) Walikota dan Wakil Walikota yang mengalami kekalahan pada Pilkada Cilegon.
Langkah ini dilakukan untuk memastikan kesehatan mental mereka tetap terjaga usai mengalami kekalahan dalam proses politik yang penuh tekanan.
Kepala Bidang Upaya Kesehatan Perorangan dan Masyarakat Dinkes Cilegon, Febri Naldo, menyebutkan bahwa meski Kota Cilegon tidak memiliki rumah sakit khusus jiwa, pihaknya telah memfasilitasi rujukan ke rumah sakit di luar daerah, terutama Jakarta.
“Kita di RSUD Cilegon ada dokter spesialis jiwa. Kalau untuk fasilitas rumah sakit jiwa di Cilegon memang tidak ada, namun kami rujuk ke Jakarta. Di RS Hermina ada, dan di RSKMA juga kami memiliki dokter kesehatan jiwa yang siap menangani,” ujar Febri, Senin (26/11/2024).
Menurut Febri, tekanan emosional setelah kekalahan dalam Pilkada bukan hal yang ringan.
Oleh karena itu, pihaknya memastikan para calon kepala daerah yang membutuhkan dapat menerima layanan kesehatan jiwa yang memadai.
“Yang jelas, pastikan soal kesehatan jiwanya bagi tiga pasangan calon. Ini adalah tugas dokter spesialis yang sudah kami siapkan di beberapa rumah sakit. Kita ingin mereka tetap mendapatkan dukungan, baik secara medis maupun mental,” tambahnya.
Langkah ini diambil sebagai bentuk kepedulian Dinkes terhadap kondisi kesehatan mental masyarakat, termasuk tokoh politik yang mencalonkan diri di Pilkada 2024 ini
Febri juga mengimbau kepada pihak keluarga dan tim pendukung paslon untuk tidak ragu meminta bantuan jika melihat tanda-tanda gangguan kesehatan mental pada orang-orang terdekat mereka.
Pilihan untuk merujuk ke Jakarta dilakukan karena keterbatasan fasilitas rumah sakit jiwa di Cilegon. Namun, Febri memastikan pelayanan yang diberikan akan tetap optimal sesuai kebutuhan pasien.
Langkah proaktif yang Dinkes siapkan ini diharapkan mampu membantu para paslon yang kalah agar kembali menjalani aktivitas mereka dengan lebih baik setelah pencalonan selesai.
“Dukungan kesehatan jiwa ini bukan hanya untuk paslon, tetapi juga masyarakat secara luas yang membutuhkan. Pilkada memang penuh dinamika, dan kami memahami dampaknya terhadap psikologis seseorang,” tutup Febri. (*/Ika)