Dulu Pernah Ada Menara Pembakar Kapur di Jublin Kota Cilegon

CILEGON – Bangunan tua itu sudah tak terawat, sudah tidak berfungsi. Dindingnya terlihat berwarna bintik hitam, kusam. Di bawahnya tumbuh tumbuhan liar merambah melingkar menyerupai bangunannya. Terlihat besi tua coklat pekat di badan bangunan sebagai perekat.

Di sekitarnya, terdapat mobil-mobil pengangkut barang pabrik lalu lalang setiap harinya.

Terparkir di jalan yang becek dan berdebu. Tak jauh dari itu, hamparan hijau luas berada di depannya.

Tak jauh dari menara, terdapat lapangan 5 Oktober yang berada di kawasan Pelabuhan Krakatau Bandar Samudera, masyarakat biasa mengenalnya Lapangan Jublin.

Lapangan ini menjadi tempat sejarah bagi peringatan HUT Tentara Nasional Indonesia (TNI) pada tahun 1981.

Bangunan menara pembakar kapur secara fisik mirip dengan menara pada umumnya. Seperti menara Banten di Banten Lama maupun menara Bojong di Desa Cikoneng Anyer, peninggalan Belanda.

Menjulur ke atas, memiliki ketinggin kurang lebih sepuluh meter. Menara pembakar kapur terletak di Lingkungan Lijajar (Jublin) Kelurahan Tegalratu, Ciwandan Kota Cilegon. Sekitar 75 meter sebelah utara pintu perlintasan rel kereta api Jublin.

Hatani (68) salah satu warga Tegalratu menceritakan, menara ini dibangun sekitar tahun 1960-an.

Saat itu kebutuhan kapur sangat tinggi dibandingkan sekarang. Digunakan untuk bangunan rumah. Rumah-rumah di Kota Cilegon yang dibangun sekitar tahun 1990-an ke bawah menggunakan kapur untuk bahan perekatnya.

Saat ini, berganti menjadi semen. Sehingga pabrik kalah saing dan tutup usia.

“Dulu mah belum ada semen. Semua warga kalo mau bangun rumah menggunakan kapur sebagai perekat batu bata,” cerita Hatani saat ditemui di rumahnya, Kamis (9/2/2018).

Saat itu menara pembakar kapur menjadi pengolahan paling modern. Bahan bakar yang digunakan ialah solar. Bahan-bahan yang dipakai batu ampu berwarna putih yang berasal dari gunung di wilayah Merak dan Ciwandan. Juga karang mati yang berasal dari pantai Kubangsari dan Tegalratu.

Kini menara tungku yang telah berusia 40 tahun lebih dan sudah sangat lama tidak beroperasi itu masih tegak berdiri. Meski sudah lapuk di banyak bagiannya.

Mungkin ini yang menjadi tonggak sejarah dan cikal bakal kenapa wilayah Kecamatan Ciwandan kini menjadi wilayah yang banyak dibangun industri. (*/Cholis)

Sejarah
Comments (0)
Add Comment