CILEGON – Sejumlah elemen organisasi kemahasiswaan di Kota Cilegon terdiri dari Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI), Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), Himpunan Mahasiawa Islam (HMI), Ikatan Mahasiswa Cilegon (IMC) dan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), menyatakan mendukung penuh upaya untuk membangkitkan kembali kejayaan PT Krakatau Steel (Persero) Tbk, sebagai BUMN Baja Nasional.
Saat ini, Direksi Krakatau Steel tengah menerapkan kebijakan Restrukturisasi pada manajemen PT Krakatau Steel dan seluruh anak usahanya. Langkah ini diambil sebagai upaya membangun bisnis yang efisien dan kembali kompetitif sebagai produsen baja.
Ketua PD KAMMI Kota Cilegon Ammar Abudzar mengatakan, Krakatau Steel sebagai BMUN harus mendapatkan dukung penuh melalui kebijakan pemerintah. Sehingga BMUN ini memiliki power dan kebermanfaatan untuk masyarakat sekitar, sebagaimana tagline yang selama ini diusung Pemerintah yakni ‘BUMN Hadir untuk Negeri”.
“Kalau setiap tahun mengalami kerugian kebermanfaatan apa yang diberikan kepada masyarakat. Karena perusahaan mengalami kerugian, internal mereka pasti memikirkan bagaimana kembali bangkit dan bisa untung, bagaimana menutupi gaji karyawan, dan bisa membantu masyarakat sekitarnya,” ungkap Ammar, dikutip dari sejumlah media, Selasa (13/8/2019).
Sementara Ketua DPC GMNI Kota Cilegon Syaihul Ihsan menjelaskan, Presiden Soekarno pernah mengatakan bahwa Produksi Ekonomi adalah perutnya negara. Sebagai induknya industri, maka peranan industri baja adalah memberi dasar bagi perkembangan dan pembangunan jenis-jenis industri yang lain di Kota Cilegon dan banyak dirasakan manfaatnya buat masyarakat Kota Cilegon.
“Keberadaannya yang menjadi tonggak perubahan mengakibatkan Cilegon menjadi Kota dengan ratusan Industri, sehingga berdampak pada peningkatan kondisi sosial dan ekonomi serta peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal,” ungkap Syaihul Ihsan.
“Indikator peningkatan kondisi ekonomi masyarakat dapat dilihat dari peningkatan pendapatan masyarakat yang disebabkan adanya peningkatan penyerapan tenaga kerja di dunia Industri dan terbukanya peluang usaha yang lebih luas bagi masyarakat lokal, sehingga Krakatau Steel dirasakan berdampak kepada meningkatnya kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat,” jelasnya.
Sementara itu Ketua HMI Cabang Cilegon Riyan Hidayat menilai, bahwa kebijakan pemerintah selama ini sangat tidak mendukung upaya kebangkitan Krakatau Steel.
“Kita sempat mengkaji, bahwa dalam pandangannya sengaja KS ini dibuat bangkrut yang nantinya akan dibeli asing, jika BUMN ini tidak bisa direvitalisasi dan diperbaiki,” tegas Riyan.
“Pada prinsipnya, KS harus kembali jaya lagi karena mengingat KS ini dulu menjadi pabrik baja terbesar di Asia Tenggara. Dengan rencana restrukturisasi harusnya ada solusi untuk efek dari restrukturisasi dan ada jalan tengahnya,” Riyan berharap.
Selanjutnya, Ketua Umum IMC Rizki Putra Sandika menjelaskan, bahwa Krakatau Steel merupakan industri yang menjadi kebanggaan dan harga diri masyarakat Kota Cilegon, Banten dan Indonesia.
“Histori perjalanan KS ini dari Trikora dulu luar biasa, saya rasa Krakatau Steel harus dipertahankan namun banyak hal yang harus diperbaiki, karena memang dari bagaimana kebijakan pemerintah pusat, persoalan baja, lalu bagaimana ditubuh Krakatau Steel itu sendiri yang memang harus banyak dirubah,” ujar Rizki.
“Kalau dirasakan manfaatnya memang belum merata dengan adanya Krakatau Steel ini. Salah satu buktinya masyarakat Cilegon banyak pengangguran dan susah masuk kerja ke Krakatau Steel, tetapi saya tidak sepenuhnya menyalahkan Krakatau Steel, disini harusnya ada peran pemerintah bagaimana adanya Disnaker ini harusnya membina bagaimana masyarakat Cilegon ini berkualitas tetapi sejauh ini tidak ada,” ungkap Rizki.
Di sisi lain Ketua PC PMII Kota Cilegon Edi Djunaedi mengatakan, butuh terobosan kebijakan yang berani dari direksi untuk kembali membalikkan keadaan agar Krakatau Steel bisa untung.
“Ketika hadirnya Silmy Karim yang selama 8 bulan ini, kalau ditinjau dari sisi manajemen ini kan baik, karena dia mengurangi atau mengefisiensikan biaya produksi,” ungkap Edi.
Edi secara tegas menolak jika lemahnya kondisi Krakatau Steel saat ini hanya mengkambing hitamkan kesalahan pada direksi atau manajemennya saja. Mahasiswa menilai, Pemerintah turut andil dan berkontribusi terhadap pelemahan BUMN Baja Nasional tersebut.
“Jangan sampai persoalan ini hanya dibebankan kepada Krakatau Steel seharusnya ada keterlibatan pemerintah sebagai institusi yang melindungi segenap masyarakat,” tegasnya. (*/Angga)