CILEGON – Front Mahasiswa Peduli Lingkungan (FMPL) yang terdiri dari Ikatan Mahasiswa Kramat Watu (IMK), masyarakat Terate, Ikatan Mahasiswa Cilegon (IMC) dan Ikatan Mahasiswa Bojonegara Pulo Ampel (IKMBP) melakukan Audiensi terbuka terhadap Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Cilegon.
Dimana, dalam audiensi di Kantor tersebut elemen mahasiswa menuntut DLH sediakan TPS disetiap kampung, Merestorasi Bendungan Ciberem, Menyegerakan Pembangunan DEPO, Menyamaratakan pelayanan persampahan, Mengoptimalisasi DLH terhadap limbah cair, dan Institusi dan Perketat pengawasan terhadap perusahaan atau instansi yang membuang limbah ke sungai.
Ketua Umum PP IMC Rizki Putra Sandika mengatakan, audiensi terbuka tersebut, membahas persoalan sampah yang bermuara di sungai Terate, Bojonegara, yang berdampak terhadap masyarakat Terate.
“Jadi Permukiman atau nelayan yang ingin mencari ikan di laut karena baling-baling perahunya yang tersangkut sampah. Dan setelah di cari tahu sampah tersebut berasal dari warga Kota Cilegon,” jelasnya, Jum’at (7/08/2020).
Rizki melanjutkan, ini merupakan lanjutan dari diskusi IMK yang di dalamnya ada mahasiswa, dan masyarakat Terate. Lalu, saat di advokasi bersama dengan menyusuri sungai, dan audiensi terbuka dengan DLH Kota Cilegon.
Lebih lanjut, dalam RPJMD pun sebenarnya sudah ada persoalan tempat sampah di tiap-tiap kecamatan, namun belum maksimal. Pada audiensi yang dihadiri Dinas PU tersebut, membahas tentang tata kelola sampah dan hal-hal berkaitan dengan persampahan yang dikelola oleh DLH.
Ketua Umum PP IKMBP Ari Dailami mengungkapkan, melihat dari Data NASA menunjukkan bila per tahunnya ada sekitar 8 juta ton sampah yang sebagian besar adalah plastik berakhir di lautan.
“Celakanya, mayoritas sampah-sampah itu berasal dari negara-negara di Asia. Termasuk Indonesia yang paling mendominasi,” tuturnya.
Kemudian, dari data tersebut mungkin salah satu penyumbangnya adalah masyarakat Kota Cilegon yang belum terfasilitasi, dan terakomodir dengan baik sara prasarananya oleh Pemkot Cilegon.
Ia menggambarkan, bila semua sampah itu berhasil dijaring, setiap 30 kaki garis pantai Bumi bisa diisi oleh lima kantung besar tas berisi sampah. Tidak mengherankan bila saat ini sampah-sampah itu membentuk pulau sampah di sekitar pulau panjang, dan teluk Banten.
“Dan ini juga berdampak kepada perairan Kecamatan Bojonegara dan Pulo Ampel,” jelasnya.
“Ini menjadi PR besar bagi Pemkot dan khususnya DLH kota Cilegon dalam pengawasan. Dan mencari solusi untuk menyelesaikan permasalahan sampah ini,” ungkapnya.
Ketua Formateur terpilih Ikatan Mahasiswa Kramatwatu (IMK) Iqbal Elbetan mengatakan, bila berbicara dampak yang diakibatkan dari sampah yang berasal dari warga Cilegon, itu amat banyak.
“Yang pertama terganggunya nelayan untuk mencari ikan, masyarakat merasa resah dan terganggu dari bau yang menyengat yang berasal dari sungai. Kedua menyebabkan penyakit kulit,” Jelasnya.
Lanjut Iqbal, sebelum adanya sampah-samaph tersebut, sungai tersebut dapat digunakan oleh warga sekitar sungai. Dulu, ketika masyarakat melempar uang koin ke sungai masih terlihat, dan itu semua sebelum sungai tersebut tercemari oleh limbah dan sampah yang berasal dari kota Cilegon.
Sementara masyarakat terdampak bernama Rohim mengatakan, ia dan masyarakat sangat terdampak dari persoalan sampah tersebut, terutama bagi nelayan.
“Karena sampah menyangkut di baling-baling perahu dari situ masyarakat merasa terganggu, kurangnya tangkapan ikan diakibatkan karena sampah yang memang merusak ekosistem laut. Sehingga ikan-ikan pada kabur ketengah laut,” pukasnya. (*/A.Laksono)