CILEGON – Peringatan Hari Valentine yang akan jatuh pada setiap tanggal 14 Februari, sering dirayakan oleh masyarakat Cilegon khususnya para generasi muda. Disikapi Ketua Pengurus Cabang GP Ansor Kota Cilegon, Sholeh Syafe’i dengan mengimbau agar pada Valentine Day tahun ini tidak dirayakan karena momentum ini merupakan budaya dari luar yang bermuara pada prilaku perzinahan.
“Tiga hari ke depan biasanya ramai di kalangan anak muda merayakan Valentine’s Day (Hari Kasih Sayang). Valentine’s Day disebut juga Saint Valentine’s Day atau Feast of Saint Valentine adalah budaya barat yang muncul dari Western Christian Church yang diperingati setiap tanggal 14 Februari,” katanya kepada faktabanten.co.id, Senin (11/2/2019).
Menurutnya, meski bukan termasuk hari sakral, umumnya hari kasih sayang ini selalu ramai diperingati oleh kaum muda di seluruh dunia dengan perayaan pesta besar yang biasanya digelar baik oleh kumpulan muda-mudi dan disponsori oleh tempat-tempat makan dan hiburan.
“Kami mengimbau kepada generasi muda Kota Santri untuk tidak merayakan Valentine’s Day. Valentine’s Day lebih banyak mudhorotnya dan tidak ada manfaatnya. Jika melihat ke belakang, pesta Valentine’s Day ini kerap diisi banyak minuman keras dan pesta sex yang pada akhirnya banyak gadis yang hamil diluar nikah,” himbaunya.
Pria yang akrab disapa Kang Alex ini juga berharap kepada Pemkot Cilegon melakukan tindakan preventif agar tidak ada tempat publik yang dijadikan tempat pesta Valentine’s Day, terlebih lagi saat ini Kota Cilegon sedang mengadakan perhelatan MTQ.
“Anak muda saat ini lebih gandrung pada budaya barat seperti ini. Kaum millenial kota santri harus lebih mengenal pesantren, Manaqib, Dalail, Qasidah Burdah. Kami punya kewajiban mengingatkan. Jangan sampai Valentine’s Day lebih ramai daripada Hari Santri. Kaum muda Kota Cilegon yang masih ikut pesta Valentine’s Day berarti belum menghargai Cilegon sebagai Kota Santri,” terang Kang Alex yang juga pengurus di Majelis Umar bin Khattab.
Ia juga mengajak gemerasi muda di Cilegon agar lebih meningkatkan potensi dan kreativitas dalam dunia industri yang bernuansakan religi Kota Santri.
“Generasi muda di Cilegon harusnya lebih giat mengasah skill untuk kebutuhan industri di Kota baja ini. Namun saya juga berharap, generasi muda kota industri tidak melupakan jati dirinya sebagai sumberdaya mahal Kota Santri. Cilegon sebagai kota industri yang harus diisi oleh santri multiskill,” tandasnya. (*/Ilung)