HUT Ke-21 Cilegon, Mahasiswa Sebut Banyak Masalah Belum Bisa Diselesaikan Pemerintah

CILEGON – Tepat pada Senin 27 April 2020 Kota Cilegon sudah beranjak pada usia Ke-21 Tahun, berbeda dari tahun-tahun sebelumnya di tengah pandemi Covid-19 ini, sepertinya tidak ada rangkaian pelaksanan HUT Kota Cilegon seperti pelaksanan sidang Paripurna Istimewa DPRD, senam massal, Pameran Cilegon Expo, pawai karnaval berbagai lomba masyarakat, riung mempulung serta beberapa kegiatan lainnya.

Meski demikian, hal itu tidak mengurangi rasa kritis mahasiswa dalam menyoroti perjalanan pembangunan Kota Cilegon, sebagai reflekasi generasi intelektual yang peduli terhadap kota kelahiran yang dicintainya.

Kota Cilegon secara geografis terletak di ujung Barat laut Pulau Jawa, kota otonom ini secara yuridis dibentuk berdasarkan Undang-Undang No.15 Tahun 1999 tentang pembentukan Kota Madya Daerah Tingkat II Cilegon dan Kotamadya Daerah Tingkat II Depok.

Menurut Ketua Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Cilegon, Rykil Amri, di usia ke-21 tahun ini Kota Cilegon bagaikan seorang wanita cantik yang sudah beranjak dewasa, banyak sekali pria yang menyukai dan mengaguminya. Terbukti di tahun 2020 ini banyak sekali Bakal Calon Walikota yang memperebutkan kursi posisi orang nomor 1 di Kota Cilegon ini.

“Bagaimana tidak, dengan APBD Rp 2,2 Triliun dan PAD yang begitu besar, dengan hanya jumlah penduduk yang hanya 416.866 jiwa, Cilegon ini termasuk kota kaya raya yang mempunyai julukan sebagai kota baja ini,” ujar Rykil Amri dalam siaran persnya, Minggu (26/4/2020) malam.

Amri juga membeberkan berbagai persoalan Kota Cilegon yang masih belum terselesaikan di HUT kali ini, antara lain belum tercapainya programm-program pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2016-2021, pencapaian prioritas daerah 2016-2021 masih banyak status off track, dan juga kasus pengangguran nomor 2 tertinggi se-Banten.

“Semestinya angka pengangguran tidak tinggi, permasalahan itu menjadi kontras dengan berdirinya puluhan industri padat modal dan ratusan industri lainnya, keterbukaan informasi publik mendapatkan raport merah dari Provinsi Banten, gedung Kejari di JLS yang tidak ada penghuni, banjir yang tak kunjung usai, kesejahteraan, kesehatan pendidikan untuk rakyat kecil dan masih banyak lagi permasalahan di Kota Cilegon yang belum teratasi,” beber pemuda kelahiran Grogol, Cilegon ini.

“Terlebih kemarin kami mengadakan bakti sosial di 4 titik, termasuk di wilayah sekitar Rumah Dinas Walikota Cilegon banyak sekali pedagang, tukang becak, pemulung yang butuh uluran tangan pemimpin, ini sungguh miris sekali,” imbuhnya.

Untuk itu, HMI Cilegon yang mengawal roda pembangunan dari dulu semenjak lahirnya Kota Cilegon, hingga kini tepat di usia 21 tahun, Pemkot Cilegon dinilai masih kurang peka terhadap aspirasi dari kalangan mahasiswa.

“Namun di era kepemimpinan sekarang sangat disayangkan berkali-kali kami menyampaikan aspirasi namun tidak pernah ditemui atau ditanggapi serius. Kami hanya menyampaikan aspirasi atas keluhan-keluhan dari masyarakat kecil dan menjadi penyambung lidah rakyat,” tegasnya.

Pihaknya juga menegaskan masih akan terus mengawal penggunaan anggaran untuk percepatan penanganan Covid-19 di Kota Cilegon senilai Rp.74 Miliar, salah satunya bansos untuk warga terdampak.

“Yang sudah didata pun harus tepat sasaran, jangan sampai dana itu diselewengkan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Terakhir saya merasa bangga, karena bagaimana pun juga ini kota kelahiran saya, mari bangun bersama-sama, kami butuh pemimpin yang progresif , revolusioner dan visioner,” tandasnya. (*/Red/Angga)

21 Tahun CilegonHMIHUT Cilegon
Comments (0)
Add Comment