CILEGON – Mantan anggota DPRD Kota Cilegon, Muhamad Ibrohim Aswadi menyayang peristiwa pemutusan aliran listrik masjid agung Cilegon yang sempat viral baru-baru ini.
Pemutusan aliran listrik oleh PLN dilakukan lantaran ketidakmampuan pihak DKM membayar tagihan.
Atas peristiwa itu, Muhammad Ibrohim Aswadi meminta pengurus yayasan dan pengurus DKM Masjid Nurul Ikhlas secara sadar melakukan evaluasi besar, mengingat dalam waktu dekat umat islam akan menghadapi moment sakral yakni moment bulan suci ramadhan.
“Peristiwa kemarin mengharuskan pengurus yayasan maupun pengurus DKM secara sadar diri melakukan evaluasi besar demi kepentingan agama. Kemudian, pengurus masjid semestinya diisi oleh orang-orang yang ikhlas dan bertanggungjawab dalam mengembang amanahnya,” ujar Mia, panggilan akrab Muhamad Ibrohim Aswadi, Sabtu (1/2/2025) malam.
Menurut MIA, dibutuhkan organisasi yang fundamen didalam kepengurusan masjid agung yang menjadi kebanggaan masyarakat Kota Cilegon sebagai pusat peradaban kota santri.
Jika perlu, pengurus yayasan dan pengurus masjid menyiapkan sarana prasarana bagi tamu yang hendak beribadah dan singgah beristirahat. Bukan malah sebaliknya, terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti peristiwa kemarin.
Masjid kebanggan Kota Cilegon sebagai kota santri sambung MIA, selayaknya terbuka 24 jam bagi tamu dengan layanan segudang fasilitas, tersedianya air mineral, kopi, teh, matras dan lainnya bagi para tamu Allah SWT yang hendak beribadah dan berisitirahat.
Mampu menghadirkan program rutin hari jumat, seperti tersedianya sodaqoh makan gratis dan sodaqoh lainnya, yang bisa dikerjasamakan dengan para donatur dari pihak manapun, baik dari warga masyarakat, pihak industri, dan pihak-pihak lain yang mendukung program rutin tersebut. Karena itu diperlukan kepengurusan dan pengelolaan yang baik, ikhlas dan bertanggungjawab.
“Masjid adalah tempat kebaikan bagi seluruh umat, maka diperlukan sarana dan prasarana yang baik pula didalamnya. Tempat whudlu diperbaiki, toilet harus bersih, atap masjid jangan sampai bocor, halaman yang luas dijadikan fasilitas terbuka untuk kegiatan usaha ekonomi umat dan penunjang ekonomi masjid, tentunya dengan tata kelola yang baik pula,” terangnya.
Masih kata MIA, pengurus yayasan dan DKM, semestinya juga mampu menjadikan masjid sebagai pusat peradaban islam secara menyeluruh, baik peradaban budaya, peradaban ekonomi dan peradaban lainnya, guna mendorong generasi muda tertarik dan berkeinginan (senang) berada di lingkungan masjid, untuk tujuan mendapatkan inspirasi dan terpacu melakukan hal-hal positif sebagaimana ajaran islam.
Menjadikan masjid sebagai basis seluruh kegiatan peradaban umat, agar lebih leluasa beribadah, berkumpul, melakukan kajian, berdiskusi dan atau melakukan kegiatan lain untuk kepentingan umat di area masjid kebanggan warga cilegon.
“Maka dari itu, saran dan pendapat saya sebagai mantan anggota DPRD kota cilegon, meminta agar peristiwa kemarin menjadi pintu evaluasi besar terhadap pengurus yayasan dan DKM, mengingat dalam waktu dekat umat islam akan menghadapi moment sakral yaitu moment bulan suci ramadhan,” katanya.
Sarana prasarana halaman masjid yang ada, menurut MIA bisa dijadikan sebagai pusat ekonomi islami, sirkulasi penunjang ekonomi kepentingan umat dan berjalannya pembangunan masjid.
Untuk itu, menjaga masjid agung Kota Cilegon sebagai pusat peradaban kota santri menjadi hal penting, diharapkan seluruh elemen terus mensupport dan mendukung penuh, sehingga masjid agung sebagai ikon kota santri, mampu berdampak positif bukan saja terhadap keagamaan, tapi berdampak kepada seluruh kegiatan ekonomi, sosial budaya bagi umat.
Karena itu, diperlukan kesadaran dan jiwa besar bagi seluruh pengurus yayasan ataupun DKM untuk mengevaluasi diri demi kepentingan dan kemaslahatan umat ke depan. (*/Wan)