CILEGON – Angka pengangguran di Kota Cilegon semenjak masa kepemimpinan Helldy-Sanuji turun sebanyak 2,56% di tahun 2021. Dan angka itu merupakan angka yang cukup besar dan menakjubkan bagi Walikota dan Wakil Walikota Cilegon yang baru menjabat selama 1 tahun 4 bulan.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Cilegon, angka pengangguran yang tadinya di tahun 2020 berjumlah 12,69% menjadi 10,13% di tahun 2021 kemarin. Namun angka 10,13% ini masih dinilai besar bagi Kota Cilegon yang disebut-sebut sebagai Kota Industri.
Pasalnya terdapat ribuan Industri yang ada di Kota Cilegon, dan 109 diantaranya termasuk industri besar, salah satunya adalah PT Krakatau Steel. Tapi dalam fakta di lapangan, masih banyak warga Kota Cilegon yang menganggur.
Pengangguran dan anak putus sekolah di Kota Baja ini dipandang Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Cilegon, Isra Mi’raj, sebagai penyebab maraknya tawuran diantara remaja yang merupakan bibit penerus bangsa serta generasi bangsa yang harus dilindungi kelangsungan kualitas hidupnya.
Hal ini kata Isra karena para remaja ataupun warga yang pengangguran dan anak putus sekolah disebut tidak memiliki kesibukan yang bermanfaat selain menghabiskan waktu luangnya di lingkungan tempat tinggalnya ataupun di tempat lain.
“Seperti kemarin, ada kasus geng motor remaja tawuran sampai bacok-bacokan bahkan hingga memakan korban. Hal itu kembali lagi pada pengangguran, ketika anak lulus sekolah dan putus sekolah, lalu dia remaja, dia menganggur dan tidak kuliah, ini juga faktor yang sangat memicu tindak kriminal,” ujar Isra kepada Fakta Banten, Rabu, (3/8/2022).
Anak putus sekolah dan warga di usia kerja namun tidak bekerja juga dipandangnya menjadi penyebab utama tawuran. Di usia yang rentan serta kegiatan yang dapat menyibukkan diri mereka tidak ada, tawuran kadang dijadikan ajang untuk melampiaskan rasa bosan dan sebagai ajang pertunjukan kehebatan diri masing-masing.
“Mereka walaupun masih mengemban pendidikan di sekolah (tidak putus sekolah) dan memiliki kesibukan tapi permasalahannya disini adalah pergaulan mereka. Mereka bergaul dengan orang-orang yang tidak memiliki kesibukan (pengangguran) dan orang-orang ini (pengangguran) memberikan contoh yang tidak baik, seperti mengajak dan mengajari anak-anak muda (yang masih sekolah) untuk meluangkan waktu malamnya berbuat tindak kriminal (tawuran),” jelas Isra.
Pergaulan bebas sangat mempengaruhi tindakan para remaja yang dimana perasaan serta pola pikir mereka masih rentan dimasuki ajaran-ajaran negatif, karena di usianya itu mereka lebih penasaran terhadap sesuatu dan lebih ingin melakukan banyak hal, baik itu positif maupun negatif.
“Karena disini pergaulan yang baik sangat penting, namun faktanya remaja bergaul secara bebas, dengan anak-anak yang menganggur dan tidak bekerja ataupun tidak kuliah. Kan didalam tongkrongan itu ada senior dan junior, mereka tidak bisa dipisahkan, usianya pun tidak terlalu jauh untuk bergaul. Sekali lagi pergaulan itu penting,” imbuhnya.
Para pengangguran yang ada di Kota Cilegon dipandang Isra perlu diberikan lapangan kerja yang seluas-luasnya. Agar mereka dapat menyibukkan diri mereka dengan kegiatan yang bermanfaat. (*/Hery)