CILEGON – Rencana pembangunan industri petrokimia asal Korea Selatan,
Lotte Chemical Titan di Kecamatan Grogol, Kota Cilegon, yang akan melakukan peletakan batu pertama (groundbreaking) pembangunan pabrik pada akhir 2018 ini, dikhawatirkan akan berdampak negatif pada lingkungan serta kearifan lokal setempat.
Dari informasi yang dihimpun, pabrik ini nantinya memproduksi nafta cracker dengan nilai investasi mencapai USD 3,5 miliar. Hal ini diharapkan dapat mendukung pengurangan impor produk petrokimia. Jika dihitung dengan asumsi kurs Rp 14.107 per dolar Amerika Serikat (AS), maka nilai investasi pabrik tersebut sekitar Rp 49,37 triliun.
“Kalau Lotte ini merupakan upaya pemerintah Indonesia untuk memprioritaskan akselerasi pertumbuhan industri petrokimia untuk memenuhi kebutuhan produksi dalam negeri, silahkan, kita tidak apriori pada pembangunan. Tapi belajar dari pengalaman berdirinya pabrik baru, jangan sampai berdampak pada lingkungan dan kearifan lokal,” ujar Tokoh Pemuda Kecamatan Grogol Faturohmi, saat ditemui faktabanten.co.id Jumat (8/6/2018) malam.
Pria yang akrab dipanggil Kang Fat ini, juga menjelaskan, jika saat ini Lotte masih menyelesaikan administrasi terkait proses perizinan pembebasan lahan, pembangunan pelabuhan dan pengurusan analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal) di Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Banten.
“Kabar terakhir yang kami dengar, Lotte sedang ngurus izin Amdal di Dinas LH Provinsi. Dan usai lebaran kabarnya sudah dimulai pematangan lahan. Dengan masyarakat LSM Kopling akan kita kawal ini,” terang Kang Fat, yang juga Ketua RW yang wilayahnya berdekatan dengan lokasi proyek Lotte.
Dari data yang diketahui faktabanten.co.id, tanah yang sudah tersedia untuk berdirinya pabrik petrokimia tersebut, saat ini sudah ada sekitar seluas 100 hektare, tetapi kabarnya Lotte masih terus mencari tambahan. Karena area yang akan dibangun terintegrasi untuk menghasilkan bermacam-macam produk.
Sehingga wajarlah kiranya, jika Tokoh Pemuda yang juga aktivis pendiri LSM Fakta Cilegon ini mengkhawatirkan adanya perubahan lingkungan yang merugikan masyarakat sekitar. Dan mengingat Lotte merupakan investrasi asing yang kurang bisa menyerap tenaga kerja lokal. Sehingga pihaknya menuntut adanya komitmen dari pihak Lotte dari awal pembangunannya.
Berikut ini 3 hal yang menjadi tuntutan dari elemen masyarakat untuk menjadi komitmen PT Lotte Chemical Titan;
1. Hilir aliran Sungai dari Lingkungan Tegal Wangi ke Kawasan KIEC sampai menuju ke laut Tanjung Peni, harus dibangun minimal lebar 15meter.
2. Melindungi eksistensi nelayan, khususnya pangakalan Nelayan Lelean dengan tetap memberi akses dan ruang untuk melaut.
3. Penyerapan tenaga kerja baik tahap konstruksi maupun tahap operasional pabrik harus menjamin penyerapan maksimal tenaga kerja dari lingkungan terdekat.
“Dan kalau tiga hal ini tidak diakomodir dan tidak ada komitmen. Maka masyarakat secara tegas menolak,” tegas Kang Fat.
Suatu tuntutan awal masyarakat yang realistis dan ideal memang, bila melihat setelah berdirinya pabrik-pabrik baru yang berdampak pada penyempitan ruas dan bantaran Sungai atau Kali di sekitarnya, sehingga kerap dianggap menjadi salah satu faktor penyebab banjir.
Selain itu, tercatat beberapa Pangkalan Nelayan di Cilehon yang sudah direlokasi akibat ekspansi industri raksasa di Kota Cilegon. Bahkan tuntutan ini perlu kiranya untuk di Memory of Understanding (MoU) kan diawal.
Mengingat kerap maraknya aksi demonstrasi masyarakat sekitar yang menuntut perekrutan tenaga kerja lokal, ketika pabrik atau investasi dibidang lainnya sudah mulai berdiri dan produksi. (*/Ilung)