CILEGON – Tidak bisa dipungkiri lagi, perkembangan zaman di era teknologi saat ini membuat perubahan budaya di masyarakat.
Perkembangan ini mulai dirasakan ketika teknologi semakin berkembang pesat. Bila perubahan zaman ini tidak diikuti dan dimanfaatkan secara baik, akan berpengaruh terhadap generasi yang tidak memiliki daya saing.
Kesadaran masalah itu dirasakan oleh kelompok masyarakat. Salah satunya adalah Forum Komunikasi Pemuda Ramanuju. Organisasi yang menanungi aktifitas langsung di masyarakat ini berada di lingkungan Ramanuju, Kelurahan Ramanuju, Kecamatan Citangkil.
Melihat permasalahan ini, para pemuda dalam organisasi tersebut membuat terobosan dengan membentuk Padepokan Pencak Silat Satria Muda Banten.
Padepokan ini berupaya aktif untuk menangkal globalisasi negatif dan melestarikan budaya Banten dengan melestrikan pencak silat dan debus. Yang menarik, padepokan ini diisi oleh para pemuda yang memiliki kepedulian terhadap kelestarian budaya.
Sabtu (13/1/2017) malam kemarin, faktabanten.co.id berkesempatan melihat ptoses latihan anak-anak disana. Kondisi hujan dan angin tidak menyurutkan semangat mereka untuk tetap latihan.
Puluhan anak-anak berbaris rapih di lapangan Badminton berukuran 6×13 meter, dan melakukan gerakan satu persatu yang diajarkan oleh gurunya.
Andi Zaenudin, salah satu pengurus di Padepokan tersebut menceritakan kegiatan yang dilakukannya beserta teman-temannya itu.
“Satria Muda Banten berdiri sekitar tahun 2015, 2 tahun lalu. Berangkat dari kepedulian kami terhadap budaya Banten, Pencak Silat dan Debus,” ujarnya
“Membentuklah organisasi padepokan bernama Satria Muda Banten. Nama Satria Muda Banten diambil karena penggeraknya adalah para pemuda,” ungkap Andi.
Selain belajar pencak silat, murid-murid padepokan juga belajar tentang sikap, mental dan akhlak. Hal ini dikarenakan supaya anak-anak tumbuh menjadi orang yang bermanfaat dan memiliki pribadi yang baik.
Saat ini, terdapat 80 anak yang sering latihan, yang berasal dari lingkungan Ramanuju Lama, Ramanuju Baru, Tegal Cabe, Sambi Manis dan Rawa Gondang.
“Ini adalah upaya kami untuk melestarikan budaya Banten, sekaligus mengantisipasi dampak dari globalisasi di masyarakat. Alhamdulillah anak-anak yang belajar disini sering mewakili sekolahnya bila ada perlombaan silat,” tambah Andi.
Di tempat yang sama, Ali, warga Karawang Jawa Barat, yang bekerja sebagai Saptam di salah satu pabrik di Ciwandan, tertarik untuk bergabung di Satria Muda Banten. Ia bersama rekan-rekannya sering bolak-balik Ciwandan dan Ramanuju untuk silaturahmi dan latihan.
“Saya dapat informasi dari teman, kebetulan di Karawang juga saya mengikuti kegiatan Silat. Pas di Cilegon, saya mencari dan ketemu di Padepokan Satria Muda Banten,” ungkap Ali. (*/Cholis)