CILEGON – Rumah dengan ukuran panjang 20 meter lebar 9 meter yang berada di Lingkungan Ciluit RT 16 RW 05, Kelurahan Deringo, Kecamatan Citangkil, Kota Cilegon ini, dihuni oleh empat keluarga yang berjumlah 18 Jiwa.
Rumah di tengah-tengah megahnya Kota Baja ini, terlihat kondisinya sangat memprihatinkan, atapnya yang sebagian genting sebagian terpal dan berlantai tanah. Ini tentu butuh segera uluran tangan baik dari pemerintah maupun para dermawan.
Jika hujan datang disertai angin kencang, mereka harus menyediakan ember dan baskom untuk menadahkan air dari atap yang bocor.
Saat FaktaBanten.co.id mengunjungi, Senin (26/3/2018), sebagian besar penghuni tidur di ruang tamu yang hanya beralaskan Klase alias tikar plastik.
Miris memang karena kemiskinan, keluarga ini harus hidup dengan rumah yang kumuh dan harus antri jika ingin mandi lantaran MCK/toilet hanya ada satu dan kondisinya juga sangat memprihatinkan.
Maja’in (70), salah seorang penghuni rumah menceritakan, karena penghasilan anak – anaknya tidak menentu dan hanya cukup untuk makan, dirinya beserta keluarga terpaksa hidup di rumah tersebut dengan atap dari terpal dan kalau hujan dari depan sampai belakang semua bocor.
“Ya harus gimana lagi, keinginan untuk merehab sih ada, namun karena penghasilan anak dan menantunya hanya cukup buat makan, makanya keinginan ini sebatas angan-angan saja Kang,” ujarnya pasrah saat ditanya Fakta Banten.
Dengan kondisi seperti ini, ia berharap ada bantuan baik dari Pemerintah maupun dari para dermawan.
Sementara itu Fatimah, selaku Ketua RT 16 RW 05, Kelurahan Deringo, Kecamatan Citangkil, mengaku dari 95 KK dan 335 jiwa yang ada di RT 16, hanya ada beberapa warga yang rumahnya tidak layak untuk dihuni, salah satunya adalah keluarga Maja’in yang kalau kita lihat kondisinya sangat memprihatinkan dengan atap terpal dan lantainya yang tanah.
Diakui Ketua RT, satu rumah itu dihuni bersama oleh 18 jiwa, dan penghasilanya tidak menentu dan hanya cukup buat makan sehari – hari saja.
“Miris memang kalau kita lihat, kumuh dan dinding rumahnya juga hampir roboh, apalagi kalau hujan semua ruanganya bocor ditambah penghuninya banyak ada 18 jiwa,” terang Fatimah.
Lebih lanjut dikatakannya, upaya untuk membedah rumah ini sudah disampaikan pada saat Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Kelurahan beberapa waktu lalu.
“Setiap ada rapat maupun Musrenbang masalah ini saya sudah sampaikan namun hingga kini belum juga terealisasi, mudah – mudahan di tahun ini keinginan dari bapak Maja’in untuk menempati rumah yang layak dapat terealisasi,” harap Fatimah. (*/Asep-Tolet)