Omah Blirik, Cafe dengan Sentuhan Buku dan Seni di Cilegon

CILEGON – “Think out of the box” itulah yang tersematkan ketika memasuki cafe sederhana di kawasan Kompleks Perumahan PCI Blok E 1 G, Kecamatan Cibeber.

Tidak hanya menyediakan makanan dan minuman seperti cafe konvensional lainnya. Omah Blirik mempunyai konsep berbeda.

Saat pertama masuk, kesan Art mendominasi furniturenya. Memanfaatkan limbah bekas seperti tong, palet kayu dan drum, sang empu Omah Blirik mampu menyulapnya menjadi kursi, meja dan pigura. Menjadi nilai artistik tersendiri.

Bagi pengunjung yang haus bacaan, Omah Blirik menyediakan buku-buku bagus. Tentang Sains, Sastra, Fotografi, Seni maupun buku biografi yang jarang ditemui di toko-toko buku di Cilegon.

Buku-buku itu tertata rapih disetiap sudut dinding, dan bisa menemani pengunjung bila sedang ngopi enjoy.

Sayangnya, pengunjung belum bisa meminjam buku-buku yang tersedia, karena ini koleksi pemilik Omah Blirik dan harganya lumayan mahal.

Selain itu, Omah Blirik juga dijadikan tempat kumpulnya komunitas-komunitas. Untuk sharing, diskusi dan bermain music (acustik).

“Kami terbuka, bila mau diskusi tentang music, seni, fotografi, sosial maupun budaya. Omah Blirik coba hadir dengan konsep book and art,” cerita Emanuel Putro, Founder Omah Blirik, saat ditemui Fakta Banten beberapa waktu lalu.

Putro menceritakan, ide awal membuat Cafe dengan sentuhan seni dan buku ketika ia melihat di kota-kota besar seperti Bandung atau Yogyakarta. Café dengan buku dan komunitas menjadi ruang public untuk berintraksi.

Tidak hanya menjadi tempat nongkrong anak muda jaman now, Café juga bisa menjadi tempat pencerdasan bagi anak-anak muda yang sering nongkrong, melalui buku dan diskusi.

“Ruang diskusi di Cilegon masih sedikit, itu yang saya analisa 2 tahun lalu, sebelum Omah Blirik ada. Dengan menggadeng komunitas, kami coba menghidupkan budaya diskusi tadi,” ujar Putro

Meski terinspirasi dari Cafe Buku dibeberapa Kota besar, Putro tidak menghilangkan identitas Kota Cilegon dengan industrinya.

“Dibeberapa dinding, kami lukis pioner Cilegon sebagai Kota Industri,” tambah Putro.

Robi, salah satu pengunjung Omah Blirik, mengatakan, awalnya ia diajak temannya kesini. Setelah melihat, buku-buku menjadi daya pikat.

“Saya suka buku, apalagi buku visual. Beberapa buku disini visual, Saya tertarik dengan ini. Cafe, Art and Books,” ungkap Robi, singkat. (*/Cholis)

CafeOmah Blirik
Comments (0)
Add Comment