CILEGON – Produksi baja PT Krakatau Steel (Persero) Tbk terutama jenis baja Hot Rooled Coil (HRC) atau baja lembaran panas dalam beberapa waktu ke depan akan mengalami penurunan.
Sebabnya, fasilitas pabrik Hot Strip Mill 1 atau HSM #1 Krakatau Steel saat ini tengah berhenti beroperasi karena mengalami kerusakan.
Manajemen Krakatau Steel menyampaikan terjadi dugaan korsleting yang menyebabkan timbulnya api pada fasilitas pabrik tersebut.
Masalah korsleting pada pabrik HSM #1 diduga terjadi pada tanggal 5 Mei 2023 lalu.
“Perseroan telah mengalami peristiwa keadaan memaksa diduga berupa korsleting yang menyebabkan timbulnya api pada salah satu bagian fasilitas pabrik hot rolled coil dan fasilitas pabrik HSM#1,” ujar Corporate Secretary Krakatau Steel, Pria Utama, dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (1/6/2023).
Akibat kondisi itu, saat ini Krakatau Steel tidak dapat memproduksi HRC di fasilitas pabrik HSM #1.
Kejadian ini berpotensi perseroan menyesuaikan pembelian bahan baku atau bahan-bahan lainnya berkaitan dengan produksi HRC.
“Hal ini berdampak pada pendapatan perseroan dari hasil penjualan HRC yang seharusnya diproduksi di fasilitas pabrik HSM #1,” jelasnya.
Meski stop produksi, Pria memastikan keberlangsungan supply HRC Nasional akan tetap dipenuhi dari fasilitas produksi Krakatau Steel Group lainnya.
“Suplai HRC Nasional tetap terjaga dan selanjutnya Krakatau Steel melakukan langkah yang diperlukan untuk perbaikan, sehingga fasilitas HSM #1 dapat segera beroperasi kembali,” tukas Pria.
Sebelumnya berdasarkan laporan kinerja Kuartal I Tahun 2023 kali ini, PT Krakatau Steel berhasil membukukan pendapatan senilai USD689,8 juta atau sekitar Rp10,13 triliun.
Jumlah pendapatan pada kuartal I/2023 ini mengalami kenaikan 2,05% jika dibandingkan periode yang sama tahun 2022.
Pada periode kuartal I/2022, pendapatan sebesar USD675,9 juta.
Krakatau Steel juga menjaga kinerja bisnisnya dengan capaian laba bruto sebesar USD52,4 juta, EBITDA positif USD29,8 juta serta laba operasi sebesar USD21,9 juta.
Dari sisi kinerja keuangan, Krakatau Steel berhasil menekan biaya sebesar 20,96% menjadi sebesar USD29,1 juta pada kuartal I/2023, dari sebelumnya USD36,8 juta pada kuartal I/2022.
Meski diakui, secara bottom line Krakatau Steel pada kuartal I/2023 ini masih membukukan rugi periode berjalan sebesar USD19,8 juta, namun faktor utamanya berasal dari rugi selisih kurs sebesar USD25,8 juta.
Jika rugi selisih kurs yang di luar kontrol perusahaan dihilangkan, maka kerugian (bottom line) di kuartal I/2023 tidak terjadi, artinya Krakatau Steel masih membukukan laba bersih USD5,9 juta.
“Perseroan tetap berupaya menjaga kinerja Krakatau Steel semakin membaik di tiga kuartal selanjutnya,” pungkas Pria.
Diketahui, PT Krakatau Steel di Cilegon memilki 2 (dua) pabrik baja lembaran panas, yaitu HSM #1 dan HSM #2, dengan total kapastitas produksi 3,9 juta ton per tahun.
Pabrik HSM #1 diresmikan oleh Presiden Soeharto dan sudah beroperasi pada tahun 1983. Pabrik HSM #1 memiliki kapasitas produksi 2,4 juta ton per tahun.
Sedangkan pabrik HSM #2 Krakatau Steel diresmikan tahun 2021 oleh Presiden Joko Widodo. Namun pada Mei 2022 lalu, pabrik HSM #2 ini telah beralih kepemilikannya ke Krakatau Posco.
Penyerahan pabrik Hot Strip Mill 2 kepada Krakatau Posco, dilakukan dalam rangka menaikkan kepemilikan saham Krakatau Steel di perusahaan tersebut dari sebelumnya 30% kini menjadi 50%. (*/Rijal)