Peduli Lingkungan, Dinas Koperasi Cilegon Beri Pelatihan Ecoprint 

 

CILEGON – Dinas Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Kota Cilegon menggelar kegiatan ecoprint di Hotel Gondang pada Selasa, (14/12/2021).

Ecoprint sendiri adalah proses menjiplak dedaunan dan kemudian di rebus. Mirip seperti proses pembuatan batik, namun motif yang dihasilkan dari ecoprint lebih kontemporer dibandingkan batik.

Rasmi selaku Kepala Dinas Koperasi dan UKM menyebutkan bahwa adanya pelatihan ini untuk membuat produk yang segi ekonomisnya lebih menguntungkan bagi masyarakat dan pemerintah.

“UMKM untuk sementara ini mungkin konotasinya dengan makanan, dengan hal-hal yang dibuat sendiri di rumah kemudian bisa meningkatkan ekonomi keluarga. Nah sekarang dicoba perluas bahwa tidak hanya dengan produk makanan, tapi dengan produk lain yang dari sisi ekonomis lebih mengharapkan,” ujarnya.

Acara tersebut diselenggarakan dalam upaya mengurangi limbah tekstil kimia dan pemanfaatan alam di Cilegon.

“Kalau kita pake pewarna alami ini, itukan tidak merusak lingkungan, karna air yang dibuang pada saat proses mewarnai itu akan kembali ke alam dengan baik, gak perlu harus terurai beberapa tahun,” ujar Rasmi.

Rasmi mengungkapkan bahwa pihaknya telah melakukan berbagai pelatihan, karena saat ini kebutuhan masyarakat telah berubah setelah pandemi.

Di tempat yang sama, Irma selaku pegiat bisnis ecoprint berharap inovasi dari ecoprint dapat membawa kebaikan untuk alam sekitar.

“Ini adalah salah satu upaya kerajinan untuk menyelamatkan bumi yang sudah terlalu jenuh dari sampah-sampah tekstil. Karena kalau ecoprint medianya harus alami, harus dari serat tumbuhan, atau harus serat hewan asli. Pewarna-nya harus dari tumbuhan juga motifnya dedaunan,” tutur Irma.

Menurut Irma, melakukan pelatihan ecoprint dimaksud untuk memberikan ilmu baru kepada masyarakat agar bisa belajar dan mendalami ecoprint.

“Materi hari ini teknik dasar dari ecoprint, karena sesungguhnya banyak teknik-nya tapi nanti berkembang. Karna ini keterampilan, jadi kalau semakin diasah semakin sering dilakukan, akan berkembang,” ucapnya.

Irma mengungkapkan bahwa produk buatannya telah sampai di pasar mencanegara.

“Untuk penjualan saya alhamdulillah sudah sampai Israel, California, Belanda, beberapa kali sudah ke sana,” ujar Irma.

“Produknya macam-macam, ada jam tangan, ada kaos, kain,” lanjutnya.

Untuk pemasarannya, Irma memanfaatkan media sosial dan asosiasi ecoprinter nasional dan internasional.

“Untuk pemasarannya, saya kebanyakan online. Jadi kita memanfaatkan media Facebook, jadi kita memanfaatkan Asosiasi Ecoprinter Indonesia, dan di Facebook ada asosiasi ecoprinter dunia” tutur Irma.

“Harga menjadi salah satu kendala terus terang karena harga kita mainnya eksklusif gak bisa di samakan dengan kain printer biasa, karna yang saya bikin saat ini belum tentu nanti bikin lagi sama,” pungkas Irma.

Harga disesuaikan berdasarkan bahan dan tingkat teknik yang digunakan dalam membuat ecoprint. Irma mematok harga mulai dari Rp125.000 per meter untuk bahan katun biasa sampai dengan Rp650.000 per meter untuk bahan sutera. (*/Selly)

Comments (0)
Add Comment