CILEGON – Aktifitas tambang pasir di kawasan Jalan Lingkar Selatan (JLS) yang kerap dikeluhkan warga akibat dampak kerusakan lingkungan dan polusinya yang mengganggu. Bahkan desakan untuk menutup dan membatasi eksplorasi alam berupa perbukitan cadas ini, juga tak jarang disuarakan oleh elemen masyarakat di Cilegon.
Keberadaannya yang makin merangsek mendekati pemukiman warga, pelaku tambang pasir juga tak jarang meninggalkan jurang yang menganga setinggi puluhan meter yang berpotensi bahaya berupa tanah longsor.
Selain itu, kerusakan alam berupa hilangnya lapisan cadas dan ruang terbuka hijau sebagai kawasan serapan air akibat galian yang dilakukan di kawasan hulu Sungai atau Kali yang mengalir ke pusat Kota Cilegon ini, juga disinyalir menjadi faktor utama makin meluasnya banjir di kota industri tersebut.
“Awal-awal mah masih di area sekitar sisi JLS, ketika bukitnya habis penambang masuk ke dalam membabat bukit-bukit baru, sudah habis ya ditinggalin gitu aja, jadi jurang dan gersang,” ungkap salah seorang warga Bagendung yang enggan disebutkan namanya kepada faktabanten.co.id, Senin (4/2/2019).
Selain mengeluhkan dampaknya, warga Curug Sekolahan ini juga mengungkapkan banyaknya penambang pasir yang masuk membuka lahan baru mengeruk bukit-bukit di yang berdekatan dengan pemukiman warga di lingkungan yang masuk wilayah Kelurahan Bagendung, Kecamatan Cilegon.
“Alhamdulillah jalan sudah dibangun, tapi truk-truk pasir makin rame, debunya itu kang nggak nahan. Banyak yang punya tambang ada Haji Sarnawi, Tajudin, Sardi, Andi, Marfu, ada yang punya dua lokasi tambang pasirnya. Kalau merusak dan ganggu warga, pemerintah yang deket Pak Lurahnya kenapa diam saja?” ungkapnya.
Dari pantauan langsung di kawasan JLS, aktifitas tambang pasir di wilayah Kelurahan Bagendung, yang masuk dalam Kecamatan Cilegon ini, memang paling banyak terlihat titik-titik tambang pasir dibanding dengan kelurahan lainnya yang dilintasi kawasan JLS.
Bahkan bukit-bukit tandus eks tambang pasir juga tampak kontras dengan kondisi disekitarnya yang masih hijau dengan banyaknya pepohonan. Ditambah lagi keberadaan perumahan baru di Kelurahan Bagendung juga turut memangkas bukit-bukit hijau yang ada.
Ketika dikonfirmasi terkait kerusakan lingkungan yang banyak terjadi di wilayahnya, Lurah Bagendung Safiudin enggan menemui wartawan di kantornya dengan alasan sedang sibuk ada tamu.
“Nanti dulu ya ada tamu,” ujarnya singkat.
Namun ketika ditunggu beberapa saat, Safiudin justru ikut keluar bersama tamu berangkat dengan mobil meninggalkan wartawan. (*/Ilung)
[socialpoll id=”2521136″]