CILEGON – Pemberian nama Gedung Graha Edhi Praja di pusat Perkantoran Pemerintah Kota Cilegon menuai banyak protes. Penggunaan nama yang diambil dari Walikota Cilegon Edi Ariadi dinilai tidak pantas.
Ketua DPD Al-Khairiyah Kota Cilegon Sayuti mempertanyakan prestasi Edi Ariadi untuk Kota Cilegon. Sayuti menilai selama menjabat sebagai Walikota Cilegon, Edi tidak mampu membangun Kota Cilegon.
“Saya cuma ingin tahu, prestasi apa yang sudah diberikan oleh Pak Edi? Cilegon tidak menunjukkan ada perkembangan, justru yang semakin menonjol adalah tingginya angka kemiskinan dan pengangguran terbesar kedua di Banten,” kata Sayuti dalam keterangan tertulisnya, Rabu, (11/2/2021).
Pemkot Cilegon terlalu sembrono memberikan sebuah nama gedung yang dibiayai dari APBD Kota Cilegon senilai Rp 88 Miliar. Tidak cocok menggunakan nama Edhi karena ada nama-nama para pejuang yang seharusnya bisa dijadikan nama gedung tersebut.
“Ada Pahlawan Nasional Brigjen KH. Syam’un yang ditetapkan oleh Presiden pada 2018 lalu. Ada juga KH. Wasid, tokoh penting penggerak Perang Geger Cilegon tahun 1988, ini lebih layak dan pantas,” kata Sayuti.
Sementara itu Ketua DPD Himpunan Pemuda Al-Khairiyah (HPA) Kota Cilegon Ismatullah menilai selama ini Pemkot Cilegon memberi nama-nama gedung dan jalan seenaknya saja.
“Jalan Lingkar Selatan diberi nama Jalan Aat-Rusli, seperti kita tahu mantan Walikota itu seorang koruptor dalam kasus pembangunan pelabuhan. Ada lagi masjid Pemkot yang sudah bertahun-tahun mangkrak, kemudian diberi nama Nurul Iman, diambil dari nama Iman Ariyadi yang juga tersandung kasus Korupsi Transmart,” kata Ismat.
Ismat menyebut, penggunaan nama gedung Graha Edhi Praja itu tidak cocok jika itu diambil dari nama Edi Ariadi. Sebaiknya diganti dengan nama-nama para pahlwan yang jelas-jelas memiliki jasa penting dalam perjuangannya. (*/Red)