Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Kota Cilegon Alami Penurunan

 

CILEGON – Kota Cilegon menghadapi tantangan baru dalam ketenagakerjaan, yakni penurunan tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK).

Berdasarkan data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS), TPAK di Kota Cilegon tercatat turun 4,89 persen, dari 67,39 persen pada tahun 2022 menjadi 62,70 persen pada tahun 2023.

Tingkat partisipasi angkatan kerja ini menunjukkan persentase penduduk usia kerja yang aktif secara ekonomi, baik bekerja maupun mencari pekerjaan. Penurunan TPAK menandakan bahwa semakin sedikit penduduk usia kerja di Cilegon yang terlibat dalam kegiatan ekonomi, yang berpotensi mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut.

Sementara itu, Walikota Cilegon Nonaktif Helldy Agustian menyebutkan adanya penurunan dalam angka tingkat pengangguran terbuka (TPT).

Ia mengklaim bahwa angka pengangguran terbuka di Kota Cilegon menurun dari 12,69 persen di awal masa jabatannya pada 2021, menjadi 6,8 persen pada tahun 2024.

“Mengucapkan terima kasih juga, pengangguran Cilegon dari data BPS hari ini sudah turun lagi,” ujarnya, Rabu, (6/11/2024).

Namun, meskipun angka pengangguran mengalami penurunan, penurunan TPAK tetap menjadi isu yang perlu diperhatikan.

Menurut data BPS Banten, tingkat pengangguran terbuka di Kota Cilegon pada tahun 2023 tercatat sebanyak 15.010 orang, mengalami penurunan sebesar 7,25 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang berada di angka 8,10 persen.

Namun, hingga saat ini, BPS Kota Cilegon belum merilis data resmi yang lebih rinci tentang ketenagakerjaan pada tingkat kabupaten/kota.

Seorang pegawai BPS Kota Cilegon yang enggan disebutkan namanya menyatakan bahwa mereka saat ini tengah mempersiapkan tabel data ketenagakerjaan terbaru untuk Kota Cilegon, sementara data yang tersedia masih pada tingkat provinsi.

“Baru rilis kemarin di provinsi, yang kabupaten/kota sedang disiapkan tabelnya,” ujar sumber tersebut.

Penurunan tingkat partisipasi angkatan kerja menjadi perhatian, terutama bagi Kota Cilegon yang merupakan salah satu pusat industri baja di Indonesia.

Menurunnya angka partisipasi kerja ini dapat berdampak pada produktivitas dan keberlangsungan industri di kota tersebut, mengingat keterlibatan penduduk dalam ekonomi merupakan indikator penting dalam mengukur kesehatan ekonomi lokal. (*/Ika)

Comments (0)
Add Comment