Tradisi ‘Ngupat Panen’ Warga Cigiceh Cilegon, Ungkapan Syukur Atas Berkah Lahan Sawah

CILEGON – Istilah tradisi “Ngupat Panen” mungkin masih terasa asing bagi masyarakat Banten pada umumnya, karena istilah Ngupat di Kota Cilegon dan Banten lebih lazim dikenal dengan ‘Ngupat Qunut’ yang diselenggarakan setiap pertengahan bulan suci puasa.

Ngupat Panen ini adalah salah satu warisan tradisi yang khas bagi masyarakat di Lingkungan Cigiceh, Kelurahan Gedong Dalem, Kecamatan Jombang, Kota Cilegon.

Tradisi rutin yang diselenggarakan setiap tahun oleh warga Cigiceh ini, diketahui setelah selesainya masa panen sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT, atas keberkahan hasil pertanian.

Ngupat dari segi bahasa merupakan kata aktif bahasa Jawa Cilegon yang berarti membuat Ketupat. Ketupat yang dibuat warga pada hari yang biasanya ditentukan oleh sesepuh kampung, lalu dikumpulkan di Masjid yang kemudian dilakukan ‘ngeriung’ memanjatkan doa kepada Allah SWT untuk ungkapan rasa syukur dan memohon keselamatan serta kelancaran untuk kegiatan bertani berikutnya.

“Ngupat Panen kang, kebetulan warga sini (Cigiceh) abis panen, rutin setiap tahun aja. Kebetulan pada tahun ini panennya pas waktu bulan Rowah, jadi sekalian Rowahan,” ujar Suntenah, warga Cigiceh kepada Fakta Banten sore tadi (11/5/2017).

Sementara Sadromi, Ketua RT 01/01 Cigiceh, saat ditemui setelah selesai acara Ngupat Panen di rumahnya, mengatakan, bahwa acara Ngupat Panen ini diikuti oleh seluruh warga kampung tersebut.

“Sesudah masa panen setiap tahunnya kami mengadakan Ngupat Panen, sebagai ungkapan rasa syukur kepada Yang Maha Kuasa. Iya semua warga Cigiceh, semuanya terdiri dari 4 RT,” ujar Sadromi.

Kampung Cigiceh yang secara teritori masih dikelilingi area persawahan ini, kata Sadromi memang sejak dulu sudah ada tradisi Ngupat Panen dan jadi silaturahmi antar sesama warga disini.

“Sudah dari orang-orang tua kita dulu, Ngupat Panen ini secara turun menurun sudah tradisi Kampung kita dan warga bisa silaturahmi secara bersama-sama,” katanya.

Lebih lanjut ia berharap kedepan agar tradisi ini masih terus dipertahankan oleh warga walaupun lahan pesawahan secara perlahan makin berkurang.

“Kalau masa panen ada yang bisa dua kali kang, cuma ya itu persoalannya, sawah disini terus berkurang ada yang untuk perumahan, jalan. Tapi saya berharap agar warga terus mempertahankan sawahnya dan menjaga tradisi Ngupat Panen ini yang sudah ada sejak dulu diwariskan oleh para leluhur Kampung Cigiceh,” pungkasnya. (*)

NgupatPanenTradisi
Comments (0)
Add Comment