CILEGON – Kejadian tidak menyenangkan dialami oleh masyarakat bernama Hasan Saidan saat berobat di Rumah Sakit Kurnia Kota Cilegon.
Diceritakannya, bahwa pada Senin 2 Juli 2018 malam, Hasan yang didampingi istrinya saat itu berangkat ke RS Kurnia untuk memeriksa kesehatan matanya. Setibanya di RS Kurnia korban menjalani serangkaian pemeriksaan mengenai kesehatan mata, juga melakukan pemeriksaan kesehatan badan, karena Hasan juga merasa kondisi badannya tidak nyaman untuk dibawa beraktifitas.
Atas apa yang dirasakan, Hasan saat itu meminta kepada istrinya agar mendapatkan perawatan dan menginap di Rumah Sakit tersebut. Nurbaeti, istri Hasan pun mengurus permintaan suaminya dan menghubungi pihak asuransi untuk menyelesaikan hal tersebut.
“Pihak asuransi sudah oke, tapi pas kita ajukan ke pihak rumah sakit, katanya rumah sakit menolak. Saya tanya kenapa, saya disuruh langsung menemui dokter,” ucap Nurbaeti, istri korban menceritakan pengalamannya kepada wartawan, Kamis (5/7/2018).
Nurbaeti menjelaskan, saat dirinya menemui dokter yang dimaksud, dokter menunjukkan sikap tidak simpatik, malah balik meminta korban (Hasan) yang langsung datang menemui dokter.
“Pokoknya gak bisa, kata dokter saat itu dengan nada tinggi. Terus saya minta dokter yang menjelaskan ke suami saya yang berada di ruang perawatan, tapi si dokter malah teriak, kamu aja yang kesini. Karena posisi tidak terlalu jauh, suami saya yang sedang terbaring di kasur pasien langsung beranjak untuk menemui dokter dengan langkah tertatih,” paparnya.
Dikatakan Nurbaeti, kondisi suaminya saat itu sedang lemah dan saat menemui dokter, jarum infus juga dalam kondisi masih terpasang. Suami menanyakan kenapa dirinya gak bisa dirawat, tapi si dokter tetap kekeuh tidak mau menerima dan bilang ke suami kalau kondisinya sehat dan tidak perlu dirawat. Tapi yang jadi aneh, saat diminta untuk menandatangani surat pernyataan, si dokter tidak mau dan tiba-tiba si dokter langsung menggebrak meja dengan kencang sampai suami saya kaget dan jatuh pingsan.
Nurbaeti melanjutkan, pada saat pingsan tidak ada satupun pihak rumah sakit yang ikut untuk membantu mengangkat suaminya.
“Pas pingsan suami saya digotong ke kamar pasien dibantu pengunjung, dan setelah berada di atas kasur baru pihak rumah sakit panik memberikan pertolongan. Namun si dokter yang menggebrak meja tidak terlihat dan pergi begitu saja. Sampai suami saya sadar, tidak ada itikad baik dari yang bersangkutan maupun pihak rumah sakit untuk meminta maaf. Hingga akhirnya kami memutuskan untuk segera meninggalkan rumah sakit dibantu beberapa rekan dari anggota Karang Taruna Kota Cilegon,” ucap Nurbaeti.
Diketahui, Hasan Saidan merupakan Wakil Ketua 1 Karang Taruna Kota Cilegon. Menanggapi kejadian yang menimpa salah satu anggotanya, Ketua Karang Taruna Kota Cilegon Rahmat Ramidin, meminta agar yang bersangkutan ataupun pihak rumah sakit untuk memberikan klarifikasi dan meminta maaf.
Senin malam, keluarga besar Karang Taruna mendapatkan kabar yang kurang mengenakkan dari salah satu anggota kami Hasan Saidan. Dari keterangan yang kami terima, bahwa saudara Hasan mendapatkan pelayanan yang kurang baik dari salah satu dokter yang bertugas di RS Kurnia hingga menyebabkan dirinya jatuh pingsan setelah di gebrak oleh dokter yang bernama Nasikin.
“Apa pantas seorang dokter seperti itu? Bukankah seorang dokter punya kode etik dan wajib menjalankannya, bukan malah bertindak seperti preman dan terkesan kurang terpelajar dan tidak berpendidikan,” ujar Rahmat kepada wartawan.
Setelah mendapatkan informasi ini, kami juga ternyata mendapatkan banyak keluhan dari masyarakat mengenai pelayanan di RS Kurnia yang sering bermasalah. Untuk itu dengan adanya permasalahan ini, kami dari Karang Taruna menganggap perlu untuk memberikan teguran kepada pihak terkait baik melalui otoritas terkait dan juga organisasi profesi dokter, agar hal serupa tidak lagi terjadi di RS Kurnia.
“Sama anggota kita saja seperti itu, bagaimana dengan masyarakat biasa. Rumah sakit yang berfungsi melayani kok malah membentak pasien bahkan sampai pingsan,” papar Rahmat.
Untuk itu pihaknya menuntut yang bersangkutan untuk memberikan klarifikasi dan meminta maaf terkait sikap yang sudah ditunjukkan oleh pihak rumah sakit dan salah satu dokter terhadap pasien.
“Atas nama Karang Taruna Cilegon memberikan peringatan kepada RS Kurnia untuk memberikan sanksi kepada oknum dokter yang menunjukkan sikap arogan dan tidak professional terhadap pasien, dan telah menolak permintaan pasien untuk memberikan diagnosa kesehatan yang dianggap bertentangan dengan kode etik kedokteran, dan malah menggebrak meja hingga pasien pingsan. Hal ini merupakan kelalaian seorang dokter. Apalagi dokter tahu kondisi pasien sedang sakit,” tegasnya.
“Tindakannya menggebrak meja merupakan kelalaian terhadap keselamatan yang bisa menghilangkan nyawa manusia. Yang dihadapi ini masyarakat, bukan penjahat atau teroris. Parahnya lagi, si dokter bukannya minta maaf malah pergi meninggalkan pasien dan pihak rumah sakit juga tidak memiliki itikad baik untuk meminta maaf. Pada saat ditanya siapa nama dokter tersebut, semua pihak rumah sakit diam membungkam. Sampai akhirnya datang dokter yang baru, dari sana kami dapat informasi bahwa yang bersangkutan bernama Nasikin,” imbuh Rahmat.
Pihaknya juga meminta kepada IDI Banten atau IDI Perwakilan Kota Cilegon untuk segera memberi sanksi kepada dokter yang bersangkutan, agar hal tersebut tidak terjadi lagi.
“Kami memberikan waktu kepada RS Kurnia untuk memberikan klarifikasi selama 2×24 jam. Bila tidak dilakukan, Karang Taruna akan melakukan tindakan kepada RS Kurnia wabil khusus dokter Nasikin. Dan kepada masyarakat, diharap melaporkan bila menjadi korban dari sikap pelayanan kesehatan yang tidak profesional dan Karang Taruna akan berupaya menjembatani hal tersebut,” tandasnya.
Rahmat melanjutkan, perlakuan oknum dokter harus segera di klarifikasi dan harus memberikan permintaan maaf melalui media massa atau bentuk lainnya.
Hal yang sama diungkapkan Sekretaris Karang Taruna Kota Cilegon, Mahdi.
“Kami berharap pihak rumah sakit dapat melayani pasien secara manusiawi dan dimanusiakan sebagaimana manusia lainnya. Dalam kode etik kedokteran semua pasien harus diperlakukan sama karena menyangkut kemanusiaan. Jangan ada pilih kasih apalagi sampai menyimpan dendam pribadi,” ucap Mahdi.
Karang Taruna Kota Cilegon juga mengancam akan melakukan aksi unjuk rasa, jika hal ini tak ditanggapi serius.
“Jika tidak ada itikad baik dan tidak ditindak lanjuti secara profesional kami akan melayangkan surat dan bahkan bila perlu akan melakukan aksi mengepung RS Kurnia. Untung saudara Hasan masih sabar. Kalau saya yang jadi korban jangan harap. Ini jelas sudah menyalahi kode etik dan sudah dzholim jadi kami akan membela mati-matian,” kecamnya.
Mahdi mengaku usai kejadian pihaknya sudah melapor kepada kepolisian, namun dari pihak polisi menyarankan untuk dimusyawarahkan terlebih dahulu.
“Katanya harus ditegur melalui IDI dulu karena mengenai kode etik,” tutupnya.
Hingga berita ini ditayangkan, Kamis (5/7/2018) malam, pihak RS Kurnia belum bisa dimintai klarifikasi terkait insiden itu. Saat di datangi awak media, belum ada pihak manajemen maupun dokter yang bersedia memberikan penjelasan. (*/Asep-Tolet)