SERANG – Berdasarkan rilis Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Banten, hampir 200 ribu petani di Banten kehilangan pekerjaannya di tahun 2019. Hal itu diakibatkan lantaran terjadinya musim kemarau yang cukup panjang.
Diketahui, dari 740 ribu petani yang ada di Banten, saat ini di bulan Agustus 2019, tercatat tinggal 543 ribu. Artinya hampir 200 ribuan petani di Banten kehilangan pekerjaannya.
Menyikapi data tersebut, Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan (Dinastanak) Provinsi Banten, M Agus Tauchid mengungkapkan, petani yang dimaksud yakni petani penggarap.
Dikatakan Agus, sesuai dengan data BPS Sensus Pertanian (ST2013), hampir 60 persen petani di Banten adalah petani penggarap.
Diakui Agus, bahwa memang pada musim kemarau ini terjadi kemunduran untuk produktivitas pertanian.
“Dan sekarang yang dikatakan 200 ribu itu, ya gini, mereka kan penggarap pada lahan sawah, kebetulan sekarang musim kemarau ini menjadi mundur untuk tanam,” katanya saat dikonfirmasi melalui telepon seluler oleh wartawan. Rabu, (27/11/2019).
Ia menjelaskan bahwa akibat musim kemarau, para petani di Banten. menganggur. Lebih lanjut Agus mengatakan, pengangguran yang dimaksud bukan berarti kehilangan pekerjaan.
“Nganggur di sini bukan kehilangan pekerjaan, tentunya jeda waktu tanam tidak bisa, karena kita kemarau. Nah, akibatnya yang mereka garap tidak bisa dilakukan penggarapan. Karena kan lokasi masih kering,” jelasnya.
Sedangkan lanjut Agus, di daerah-daerah yang mendukung pekerjaan para petani, pada lahan irigasi, ketersediaan air hampir tidak terbatas.
“Seperti di Cimanuk (Pandeglang-red) ya kan, juga di wilayah teknis irigasi pedesaan, yang airnya tersedia sepanjang musim, kalau disebut petani seperti itu si petani penggarap tidak kehilangan pekerjaan, karena sawahnya bisa ditanam padi ya kan, yang kehilangan pekerjaan di sini hampir didominasi oleh petani penggarap,” tandasnya. (*/Qih)