SERANG – Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Kependudukan dan Keluarga Berencana (DP3AKKB) Provinsi Banten menggelar kegiatan promosi dan konseling kesehatan reproduksi melalui pembinaan dan pengembangan kesehatan reproduksi remaja di era milenial.
Kegiatan ini juga bekerjasama dengan TP PKk Banten, BNN Banten, Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Banten, dan Koalisia Muda Kependudukan Banten.
Kepala DP3AKKB Provinsi Banten, Sitti Ma’ani Nina mengatakan, tujuan edukasi ini salah satunya agar remaja baik putri maupaun laki-laki lebih tahu bagaimana kesehatan reproduksi yang sebenar-benarnya.
“Dari edukasi ini, remaja milenial juga dituntut bisa bertanggungjawab dan menjaga akat reproduksinya dengan benar,” kata Nina, Selasa (15/8/2023).
Nina menjelaskan, kesehatan reproduksi adalah kesehatan fiaik, mental dan keaejahteraan sosial yang utuh. Bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan, tetapi juga menyangkut semua aspek yang berhubungan dengan sistem reprodukai baik fungau dan prosesnya.
“Menjaga kesehatan organ reproduksi merupakan hal yang penting. Ini berkaitan bagaimana kita menjamin kebetlangsungan hiduo manusia dari generasi ke genarasi. Sehingga generasi berikutnya bisa lebih berkualitas dibanding dengan genetasi saat ini,” jelasnya.
Menurut Nina, pengetahuan masalah reprodukai tidak hanya wajib bagi remaja putri. Akan tetapi bagi remaja laki-laki pun harus mengwtahui dan mengerti cara hidup dengan reproduksi yang sehat.
“Edukasi ini juga agar remaja di era milenial tidak terjerumus ke pergaulan yang salah dan dapat merugikan mereka. Untuk itu edukasi ini sangat penting bagi mereka,” ujarnya.
Nina juga mengungkapkan, terdapat perilaku yang dapat mengganggu kesehatan reproduksi pada remaja, seperti penyalahgunaan narkotika dan zat adiktif, seks bebas dan perkawinan di usia muda.
“Penggunaan narkotika sudah pasti merusak fisik, juga mental yang menjurus oada pergaulan bebas, rentan terinvekai virus HIV. Rentan terjadi kehamilan pranikah yang menyebabkan kelahiran yang tidak direncanakan. Hal ini juga dapat mengganggu keaehatan fisik dan mentak ibu dan anak,” ungkapnya.
Nina berharap, kegiatan ini menjadi bekal bagi para remaja milenial agar lebih tahu kesehatan reproduksi yang sebenar-benarnya, serta lebih waspada terhadap perilaku yang dapat mengganggu kesehatan reproduksi.
“Kami berharap remaja milenial juga dituntut bisa bertanggungjawab dan menjaga akat reproduksinya dengan benar,” tandasnya. (ADV)