LEBAK – Sederet Pengurus Esports Indonesia (ESI) Kabupaten/Kota se Provinsi Banten mengaku kecewa lantaran ditiadakannya esports di Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) ke-VI.
Menurut Ketua ESI Kabupaten Lebak, Abi Mujahid Abdillah mengaku kecewa apabila di pesta tertinggi olahraga se-Provinsi Banten e-sports tidak sampai di pertandingkan.
“Kami jelas kecewa apabila sampai e-sports tidak dipertandingkan lantaran kita pengurus kota-kabupaten se provinsi Banten sudah mempersiapkan atlet sebaik mungkin, kita ingin memberikan wadah bagi mereka untuk berprestasi dan e-sports ini bisa dijadikan batu loncatan untuk karir mereka di kemudian hari,” ujarnya.
Senada dengan Abi, Menurut Ketua ESI Kabupaten Serang, Rendi Aditya mengaku juga kecewa lantaran di ajang bergengsi seperti Pekan Olahraga Nasional (PON) dan Sea Games esports sudah diakui dan dipertandingkan. Sedangkan di Porprov Banten malah ditiadakan.
“Kami jelas sangat-sangat kecewa, saat ini atlet esports tengah berlatih dan mempersiapkan diri untuk pelatnas Sea Games. Sedangkan Porprov yang seharusnya bisa jadi ajang atlet Banten unjuk kemampuan malah ditiadakan,” ujarnya.
Rendi mengaku, ESI Kabupaten Serang telah melakukan persiapan mengikuti Porprov Banten sejak tahun lalu.
“Saat ini kita sudah melakukan kualifikasi. Semua aspek dari atlet, coach hingga analis sudah sangat bekerja keras agar putra daerah bisa mengharumkan nama Banten. Kalau ternyata esports ditiadakan di Porprov, kami merasa yang sudah kita lakukan ini sia-sia,” tuturnya.
“Jika esports tidak ada di Porprov, kami alihkan konsentrasi dengan mempersiapkan ke kompetisi lain seperti PON. Intinya kami tetap mencoba mengharumkan nama Banten di kancah esports,” tambahnya.
Hal senada juga diungkapkan Vande Liguna, Ketua Umum ESI Kota Cilegon. Ia sangat menyayangkan hilangnya esports dari Porprov Banten.
Padahal, menurutnya, atlet esports Banten sudah diakui di tingkat nasional.
“Di Nasional esports Banten diakui, sedangkan di rumah sendiri, di Porprov kita malah gak ada. Jelas kecewa lah kita,” ucap Vande.
Pihaknya mempertanyakan alasan mengapa esports ditiadakan dalam kompetisi olahraga provinsi itu.
“Kita sudah mempersiapkan atlet tapi tiba-tiba kok malah tidak dipertandingkan di Porprov, ada apa? Event ini sudah ditunggu-tunggu. Kita minta esports ini jangan dipolitisasi lah,” katanya.
Vande menilai ajang kompetisi tingkat provinsi amatlah penting, karena di ajang Porprov dapat menjaring atlet daerah untuk dibina dan dipertandingkan di tingkat yang lebih tinggi.
“Sebetulnya di Porprov kita bisa melihat potensi esports di setiap kabupaten-kota. Kan bisa jadi ajang evaluasi atlet esports Banten, divisi mana aja setiap daerah yang unggul, nantinya potensi ini bisa kita mainkan di ajang yang lebih besar seperti PON atau Sea Games,” paparnya.
Meski demikian, Vande menambahkan, seluruh pengurus ESI se Provinsi Banten masih berharap esports dapat disertakan dalam ajang Porprov Banten ke VI.
“Di Cilegon sudah ada atlet esports nasional, jadi potensinya memang ada. Sayang kan kalau tidak ada esports di Porprov? Kita tidak bisa melihat perkembangan atlet kita,” katanya.
“Kita mau memperjuangkan supaya esports diakui, kita tetap mengupayakan supaya masuk Porprov,” pungkasnya.(*/TK)