LEBAK – Festival Teater Banten II Tahun 2024 telah sukses digelar dengan mengusung tema “Distorsi Tradisi”. Acara ini menghadirkan berbagai penampilan teater hasil dari riset objek kebudayaan di Provinsi Banten.
Pelaksanaan festival ini berlangsung selama empat hari, dari tanggal 17 hingga 20 Juli 2024, bertempat di Ruang Kreatif Halaman Budaya.
Dalam rentang waktu tersebut, peserta yang berasal dari berbagai komunitas teater di Banten berkesempatan untuk menunjukkan hasil riset dalam bentuk pertunjukan teater.
“Mereka tidak hanya memanggungkan data menjadi sebuah dokumentasi, tetapi ada juga usaha untuk meginterpretasi objek riset pada perspektif baru,” kata Pimpro Festival Teater Banten, Tirta N Pratama pada Rabu, (24/7/2024).
Kegiatan ini kata dia, dibuka dengan Orasi Budaya dari Maestro Gebar Sasmita, yang membahas pentingnya pelestarian budaya, peran seni, dan partisipasi masyarakat dalam menghadapi tantangan zaman.
Menurutnya, orasi ini memberikan inspirasi dan wawasan bagi para penonton, mempertegas relevansi budaya dalam kehidupan sehari-hari.
“Festival ini juga mendapat sambutan hangat dari masyarakat, yang terlibat aktif dalam berbagai kegiatan dan diskusi yang diadakan. Interaksi antara peserta dan penonton menciptakan suasana yang meriah dan penuh kehangatan,” katanya.
Setidaknya lanjut dia, ini membuktikan bahwa seni teater memiliki koneksi dan dapat diterima oleh masyarakat.
Berikut adalah penampilan dari komunitas teater:
1. Teater Nol Banten menampilkan pertunjukan berjudul Ngagebrug.
2. Teater Eskalapa menampilkan pertunjukan berjudul Tabuh Rasa.
3. Teater Sakala menampilkan pertunjukan berjudul Kaparigelan
4. Teater Kain Hitam Gesbica menampilkan pertunjukan berjudul Al-Jilani
5. Teater Juang Kreasi UNMA menampilkan pertunjukan berjudul Dong Dang tanpa Dut
6. Solid Art Indonesia menampilkan pertunjukan berjudul Wekasan.
Selain itu hadir eksibisi dari undangan yang ikut menambah kemeriahan Festival Teater Banten 2024. Mereka adalah:
1. Lembur Teater menampilkan pertunjukan berjudul Sakerti
2. Fitra Rahardjo menampilkan pertunjukan berjudul Sri Pohaci Menjemur di Tanah Banten
3. Komunitas Bunga Rumput yang menghadirkan pameran lukisan bertema tradisi dan inovasi di area festival.
Selain menampilkan karya seni, festival ini juga menyelenggarakan Saresehan Budaya yang membahas topik advokasi dan penguatan pelaku budaya.
“Saresehan ini menyoroti pentingnya mendirikan Kementerian Kebudayaan sebagai upaya untuk memperkuat posisi dan peran pelaku budaya dalam masyarakat,” katanya.
Diskusi ini menghadirkan para ahli dan praktisi budaya, serta mendapat respon positif dari peserta yang mendukung pentingnya langkah ini untuk melestarikan dan memajukan kebudayaan nasional.
Dalam saresehan budaya, para peserta mendiskusikan bagaimana Kementerian Kebudayaan dapat segera dibentuk untuk mendorong indeks pemajuan kebudayaan yang lebih fokus dan terarah. Beberapa poin utama yang diangkat meliputi:
1. Penguatan Infrastruktur Budaya
Kementerian Kebudayaan dapat memfasilitasi pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur budaya seperti museum, galeri seni, dan pusat kebudayaan, yang menjadi sarana penting untuk pelestarian dan pengembangan budaya.
2. Dukungan Finansial dan Program
Penyediaan dana hibah dan program-program yang mendukung seniman dan pelaku budaya dalam berkarya dan berinovasi. Ini termasuk pelatihan, workshop, dan residensi seniman.
3. Pendidikan dan Kesadaran Budaya
Mengintegrasikan pendidikan budaya dalam kurikulum sekolah serta menyelenggarakan kampanye publik untuk meningkatkan kesadaran dan apresiasi terhadap kebudayaan lokal dan nasional.
4. Advokasi dan Perlindungan Hak
Memastikan perlindungan hukum bagi warisan budaya tak benda, hak cipta, serta hak-hak pelaku budaya dalam menciptakan dan mendistribusikan karya mereka.
5. Kerjasama Internasional
Memperkuat kerjasama dengan negara lain dalam pertukaran budaya dan diplomasi budaya, untuk memperkenalkan budaya Indonesia ke dunia internasional dan sebaliknya.
“Keberhasilan penyelenggaraan Festival Teater Banten II Tahun 2024 ini tidak lepas dari kerja keras panitia, dukungan pemerintah daerah, serta rasa antusias dari para peserta dan penonton. Festival ini diharapkan dapat menjadi agenda tahunan yang terus berkembang, memperkaya khazanah budaya Banten, dan menginspirasi lebih banyak orang untuk terlibat dalam dunia seni teater,” pungkas Tirta. (*/Faqih)